Ahli Epidemiologi Kalbar Tanggapi Terkait Penemuan Strain Baru Virus Corona B117 dan Antisipasinya
Belajar dari masa lalu, dikatakanny bahwa diawal hanya 2 orang yang diketahui Covid-19. Kasus 2 orang tersebut terkonfimasi covid-19 usai melakukan pe
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ahli Epidemiologi sekaligus Ketua Tim Kajian Ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak sekaligus Ketua Muhamamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalimantan Barat, Dr Malik Saepudin menanggapi terkait penemuan strain baru virus Corona B117.
Dr. Malik Saepudin menjelaskan terkait langkah-langkah untuk mencegah penyebaran strain baru virus Corona B117 asal Inggris dan sekarang ada di Indonesia. Dimana penularan saat ini sudah mencapai 40 sampai 70 persen lebih cepat dan ganas dibanding covid-19.
Belajar dari masa lalu, dikatakanny bahwa diawal hanya 2 orang yang diketahui Covid-19. Kasus 2 orang tersebut terkonfimasi covid-19 usai melakukan perjalanan ke luar negeri.
“Maka seharusnya kita tidak lagi mengulang kesalahan yang kedua kalinya yang berkaibat fatal, bahkan angka kesakitan dan kematian covid-19 terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Dimana pertama kali terjadi di Ibu Kota Indonesia sebagai pusat pergerakan manusia ke seluruh wilayah di Indonesia,”ujarnya kepada Tribun Pontianak, Minggu 7 Marer 2021.
Maka dari upaya yang dapat dilakukan seharusnya lebih masif atau optimal yaitu dengan penguatan 5M protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, menghidari berkerumun dan mengurangi mobilitas penduduk.
Baca juga: Satgas Covid-19 Provinsi Kalbar Antisipasi Masuknya Varian Virus Baru B117
“Deteksi dini bisa dilakukan secara masif dengan penguatan testing, peningkatan pelacakan kasus dan isolasi. Optimalisasi dan percepatan juga kegiatan vaksin hes serentak agar memiliki efek perlindungan/peningkatan immunitas masal,” paparnya.
Dikatakannya bahwa para ahli epidemiologi sangat kawatir terhadap kemapuan vaksin yang ada seiring dengan adanya strain corona baru tersebut.
Oleh karenanya tindakan dan prosedur karantina wajib dilakukan dengan benar, terutama sesuai dengan rekomendasi WHO, dan memutus sumber penular dan cara memperkatat dan meminimalisir pergerakan/mobilitas.
“Terutama pembatasan aktivitas beprgian dari dan ke wilayah yang terjangkit strain virus tersebut antar wilayah Indonesia, serta menjaga pintu perbatasn/ke antar negera,” jelasnya.
Hal ini sangat penting untuk mencegah transmisi lokal yang akan mempersulit penangannnya.
“Jika dirasa perlu pemerintah provinsi, kabupaten kota segara melakukan menyesuaian terhadap regulasi/peraturan yang ada agar dapat efektif melindungi masyarakat dari penularan corona strain baru tersebut,” harapnya.
Baca juga: Apa Itu Virus B117 ? Kemenkes RI Ungkap Virus Corona B117 ! Mutasi Virus Corona dari Inggris ?
Jika melihat kronologi bahwa 2 orang dinyatakan positip merupakan TKW dari Arab Saudi dan Malaysia yang datang dengan maskapai penerabangan nasional ternama yaitu Garuda airlines. Diakuinya itu saja sudah menunjukan adanya pelonggaran dari aspek karantina.
Sementara WHO masih belum mengijinkan suatu negara yang melakukan pelongaran, jika angka positif Rate lebih dari 5 persen,dan faktanya angka PR Indonesia pada saat ini adalah 18,5 persen.
Jadi ini sabagian dari suatu tindakan negara yang tidak patuh dengan ketentuan tersebut.
“Bahkan dapat say katakan peraturan Gubernur Kalbar yang secara ketat telah berhasil memberlakukan tindakan karantiana di wilayah Kalbar dengan hasilnya lebih baik dibandingkan beberapa wilayah di Indonesia,” tegasnya.
Jadi kata kuncinya adalah pengurangan dan bahkan penghentian untuk sementara waktu penerbangan ke dan dari luar negari, karena sangat dimaklumi bahwa kontribusi maskapai terhadap penyebaran dan percepatan penularan Covid-19 adalah sangat besar.
Baca juga: Virus Corona Baru Mutasi dari Inggris Masuk Indonesia, 70 Persen Lebih Menular dari Virus di Wuhan
“Tidak ada pergerekan Corona yang lebih cepat melainkan karena Maskapai transportasi udara,” ujarnya.
Oleh karnanya prinsip penanggulangan wabah lebih cepat lebih baik harus diterapkan dari pusat sampai ke daerah, satu bahasa dan satu langkah serentak secara nasional.
Hal ini mengingat cepatnya penularan corona terlebih jika sudah ada sumber penular strain baru di tingkat lokal ini harus siwaspadai.
“Bisa jadi akan terjadi pandemi di atas pandemi. Maka kita harus lakukan 3T dengan cepat dan baik diwilayah yang ditemukannya kasus dan diwilayah yang belum terjangkit,” jelasnyaz
Sehingga pembuatan zonasi wilayah benar- benar mendekati fakta dan kenyataan dilapangan. Diharapannya upaya optimal apapun yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dapat sebagai ikhtiar untuk menurunkan kasus pada tingkat terendah, menuju Kalbar dan Indonesia bebas Corona pada tahun 2021. (*)