Kadiskes Kalbar Kunjungi Warga di Pontianak yang Terjangkit Penyakit Skabies

Usai melihat kondisi warga di Jalan Apel bersama Tim petugas kesehatan. Kadiskes Provinsi Kalbar menjelaskan bahwa penyakit kulit yang diderita oleh w

Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson mengunjungi warga di Gang Pisang Berangan Jalan Apel yang ramai terjangkit penyakit Skabies (penyakit kulit), Rabu 17 Februari 2021 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson mengunjungi warga di Gang Pisang Berangan Jalan Apel yang ramai terjangkit penyakit Skabies (penyakit kulit).

Usai melihat kondisi warga di Jalan Apel bersama Tim petugas kesehatan. Kadiskes Provinsi Kalbar menjelaskan bahwa penyakit kulit yang diderita oleh warga ini dikenal dengan nama Skabies, atau dikenal sebagai kudis.

Penyakit ini merupakan penyakit kulit yang sangat gatal yang disebabkan oleh parasit atau tungau Sarcoptes scabiei. Parasit sarcoptes scabiei ini bersarang dibawah kulit manusia.  Parasit ini berukuran 0,5 mm. 

“Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum kulit dengan kecepatan 2-3 mm sehari sambil meletakkan 2-4 butir telur sehari, hingga mencapai jumlah 40 hingga 50 telur. Telur-telur ini akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva,” ujar Harisson, Rabu 17 Februari 2021.

Baca juga: Kadiskes Pontianak Jelaskan Tentang Penyakit Kulit Hingga Penularannya

Ia mengatakan rasa gatal yang dialami oleh penderita dikarenakan sensitisasi tubuh terhadap produk tungau ini seperti telur, kotoran, liur, atau produk cairan lainnya yang ditinggalkan dibawah kulit penderita.

“Penyakit ini bersifat menular dan umumnya menyerang sekelompok orang, misalnya pada perkampungan padat penduduk atau penghuni asrama,” ujarnya.

Skabies ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi melalui jabat tangan, tidur bersama, kontak kulit ke kulit. 

Kontak tidak langsung terjadi bila individu yang menderita skabies bertukar benda dengan individu sehat, seperti handuk, pakaian, selimut, bantal dan seprei.

“Gejala nya kulit tampak vesikel atau gelembung kecil berisi air, terasa gatal  terutama pada malam hari. Karena gatal dan digaruk, akhirnya sering terjadi infeksi,” jelas Harisson.

Bagian kulit yang pertama dan paling sering terkena adalah di sela-sela jari tangan, kemudian menyebar ke bagian kulit lain, seperti di siku, bokong, punggung, perut, ketiak, dan kulit disekitar alat kelamin. 

Pengobatan dengan menggunakan saleb di seluruh tubuh yang terinfeksi selama 3 hari. Salep yang digunakan tersedia di Puskesmas , dikenal dengan nama salep 2-4, yaitu sulphur presipitatum 4% dan acid salycil 2 persen. 

“Bila sudah terjadi infeksi sekunder karena sering digaruk dan menyebabkan infeksi maka pengobatan nya perlu ditambah dengan salep antibiotik,” ujarnya.

Selain penggunaan salep, lingkungan rumah agar juga dijaga selalu bersih. Perabotan rumah sebaiknya dibersihkan atau dijemur, misalnnya kasur, bantal, kursi (sofa), karpet dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4 jam.

“Karena tungau yang lepas dari tubuh manusia yang menempel di perabot rumah atau di bahan-bahan kain akan mati karena panas matahari,” ujarnya.

Ia mengatatakan  pembersihan harus rutin dilakukan serta  penjemuran perabot seperti kasur, bantal, karpet atau permadani di rumah secara berkala. 

“Yang penting kuncinya adalah melaksanakan pola hidup bersih dan sehat,” pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved