Tren Tumbangnya Petahana di Pilkada Sambas, Simak Profil Satono Bupati Terpilih Kabupaten Sambas

Sejak pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2006, Sambas selalu mempunyai pemimpin baru, belum ada petahana yang bertahan dua periode.

KPU Sambas
Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sambas, Satono - Fahrurrofi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kabupaten Sambas memiliki fenomena unik saat memilih kepala daerah. Sejak pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2006, Sambas selalu mempunyai pemimpin baru, belum ada petahana yang bertahan dua periode.

Seperti diketahui, Bupati Sambas pertama Burhanuddin A Rasyid pada tahun 2001 terpilih oleh DPRD Sambas, ia bersama Wakil Bupati Prabasa Anantatur.

Kemudian pemilihan langsung oleh rakyat ditahun 2006, Burhanuddin A Rasyid kembali menjabat dan Wakil Bupatinya adalah Juliarti Djuhardi Alwi.

Pada tahun 2011 estafet kepemimpinan dipegang oleh Juliarti Djuhardi Alwi yang mendapat amanah dari masyarakat dan Wakil Bupatinya saat itu ialah Pabali Musa.

Pilkada pada tahun 2016 Juliarti gagal mempertahankan periode kedua dan saat itu terpilih Atbah Romin Suhaili berpasangan dengan Hairiah sebagai Wakil Bupati.

Sampai dengan pilkada 2020, Atbah-Hairiah pun gagal meneruskan periode keduanya dan digantikan oleh Satono-Fahrurrofi sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih.

Baca juga: Fenomena Petahana Tumbang di Pilkada Kalbar, Pengamat Politik Nilai Hal Ini Jadi Penyebab

Pengamat Politik FISIP Untan, Dr. Jumadi, M.Si menilai tidak bertahannya petahana di Sambas sejak era pemilihan langsung oleh masyarakat karena beberapa faktor.

"Barang kali soal dinamika atau perilaku politik masyarakat yang terjadi di daerah, dan kedua tentu masyarakat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberi penilaian," kata Jumadi, Minggu 20 Desember 2020.

Namun, Jumadi menilai jika hal tersebut adalah hal yang wajar.

"Sebagai suatu hal yang wajar saja menurut saya. Memang Sambas inikan agak dinamis politiknya," katanya.

"Apalagi diera digital, atau demokrasi digital, perubahan perilaku pemilih tidak seperti masa lalu, lebih cepat pemberitaan, apalagi orang menggunakan medsos sebagai media komunikasi, juga berpengaruh terhadap opini, cara pandang orang mempengaruhi pilihan politik," tutup Jumadi.

Profil Satono

Berdasarkan data yang dirangkum Tribun dari tim Satono, Calon Bupati Sambas nomor urut 2, Satono, sehari-hari dikenal sebagai Aparatur Sipil Negara atau PNS di Pemkab Sambas

Sebelumnya, Satono juga pernah menjadi pegawai di Departemen Agama Kabupaten Sambas hingga tahun 2009.

Jabatan terakhir yang diembannya saat itu adalah Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh.

Baca juga: Hasil Pleno KPU Sambas, Sudarmi: Satono-Fahrurrofi Peraih Suara Terbanyak

Sebelumnya, Satono juga pernah mengemban amanah sebagai Kepala Seksi Penyelenggara Zakat dan Waqaf.

Saat menjadi pegawai Pemkab Sambas, Satono pernah memegang beberapa jabatan di antaranya Kepala Bidang Sosial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Jabatan itu diembannya mulai tahun 2012 hingga tahun 2015 atau di masa pemerintahan Juliarti - Pabali Musa.

Setelah itu, Satono diangkat menjadi Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah mulai 2015 hingga 2016.

Pada masa pemerintahan Atbah - Hairiah, tepatnya pada  2017, Satono dilantik untuk menempati jabatan baru sebagai Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga 2019.

Dirinya kemudian diangkat menjadi Kepala Bagian Pemberdayaan Kemasyarakatan Setda Sambas hingga 2020.

Sebelum mencalonkan diri sebagai Bupati Sambas, berpasangan dengan Fahrur Rofi, jabatan terakhir Satono adalah sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sambas.

Selain pegawai pemerintahan, Satono juga dikenal sebagai seorang da'i atau penceramah sekaligus praktisi pendidikan.

Pria kelahiran Senturang, 2 April 1980 ini adalah ketua Dewan Dakwah Kabupaten Sambas.

Bersama koleganya dalam berdakwah, Satono mendirikan Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di Sambas dimana dirinya tercatat sebagai Ketua Dewan Pembina.

Tak hanya itu, Satono juga tercatat sebagai ketua Parmusi Sambas, Yayasan Rumah Bina Da'i Indonesia dan ketua Persatuan Islam Tionghoa Kabupaten Sambas.

Aktivitas dakwah Satono tentu tak lepas dari background pendidikannya selama ini.

Sempat mengenyam pendidikan di MAS Gerpemi Tebas, Satono menyelesaikan pendidikan tingkat SMA di Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah, Singkawang, Kalimantan Barat.

Setelah itu dirinya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Muhammad Natsir .

Sementara gelar M.H diraihnya setelah menyelesaikan studi pada program Magister Hukum Untan pada 2011 lalu. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved