Sulitnya Medan di Perhuluan Kecamatan Ambalau, 8 Jam Susuri Sungai Lewati Riam dan Pikul Kotak Suara
Dari ibu kota Kecamatan Ambalau, butuh waktu 8 jam menggunakan loang boat bermesin 40 PK menyusuri Sungai Melawi.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
“Pas tanjakan pertama, Pak Kodem mulai kelelahan, mukanya pucat. Kami kasian lihatnya. Martin berinisiatif membantu memikul kotak suara. Kami takut kalau kotak suara ndak sampai ke kecamatan. Kami pikul gantian selama mendaki bukit. Pas turunan, gantian Pak Kodem lagi,” kata Palentinus mengisahkan.

“Dari TPS Kepala Jungai kami turun sama-sama bersama KPPS. Cuma mereka sudah duluan. Karena kami tugasnya mengawal kotak suara, kami tidak mungkin meninggalkan kotak itu. karena masih tanggungjawab kami mengawalnya,” timpal Martin.
Empat kotak suara yang dijadikan satu beratnya diperkirakan lebih dari 50 kilogram. Palentinus saja meringis ketika pertama kali memanggulnya. Jalannya sempoyongan.
Lepas dari medan berat Bukit Tambo, rombongan pengawal pemilu masih dihadapkan dengan tiga buah riam yang menantang adrenalin. Riam yang dipenuhi bebatuan berukuran jumbo harus dilalui.
Sehingga tak heran waktu tempuh dari Dermaga Buntut Tambo ke ibu kota kecamatan di Kemangai, ditempuh 7 jam. Bisa lebih jika air sungai surut.
“Tapi kalau kemarau, dangkal sekali itu dari Kemangai ke Buntut Tambok bisa dua hari. Karena sungai udah terlalu dangkal, perahu ditarik. Batu besar, motor air, diangkat. Kalau air pasang itu enak, perjalanan ke sana. Batunya tenggelam. Kalau kemarau sulit sekali,” sebut Palen.
Dua tahun berlalu, Brigadir Marten masih setia bertugas di Polsek Ambalau. Tidak menutup kemungkinan, dia akan kembali bertugas mengawal logistik. Sementara Palentinus, sudah pindah tugas ke Polsek Tempunak.