Sulitnya Medan di Perhuluan Kecamatan Ambalau, 8 Jam Susuri Sungai Lewati Riam dan Pikul Kotak Suara

Dari ibu kota Kecamatan Ambalau, butuh waktu 8 jam menggunakan loang boat bermesin 40 PK menyusuri Sungai Melawi.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ ISTIMEWA
Pikul Kotak Suara: Brigadir Marten Sumantri dan Brigadir Palentinus anggota Bhabinkamtibmas Polsek Ambalau memikul kotak suara berjalan kaki melewati perbukitan saat Pilgub 2018 lalu.  

Paginya, baru dia melanjutkan perjalanan ke Desa Jengkarang yang ditempuh 2 jam menggunakan long boat.

Tukang Pikul Pucat

Potongan vidio dua anggota polisi viral yang memikul 4 kotak suara sebenarnya bukan pada saat keberangkatan ke TPS. Melainkan pengawalan saat kembali dari Kepala Jungai ke PPK di kota Kecamatan Ambalau.

Sedianya, petugas PPS Kecamatan sudah mengupah satu orang tukang pikul untuk mengantar kotak suara ke Dermaga Buntut Tambo dari TPS di Kepala Jungai dan TPS Desa Jengkarang yang sudah disatukan.

Tukang pikul kotak kotak suara itu namanya Pak Kodem. Usianya diperkirakan 50-an tahun.

Upah pikul barang dari Dermaga Riam Tambo ke Kepala Jungai dan atau sebaliknya Rp 1000 rupiah perkilogram.

Karena momentum Pemilu, pihak penyelenggara pemilu tingkat kecamatan mengupah tukang pikul dengan harga berlipat ganda. Satu kotak suara Rp 50 ribu rupiah.

“Satu kotak suara dikasih lebih. Makanya banyak yang berebut. Tapi Pak Kodem ndak mau kasih. Dia borong semua,” kata Brigadir Palentinus.

Baca juga: Faktor Alam dan Medan Berat Jadi Hambatan Pendistribusian Logistik di Kabupaten Sintang

Empat kotak yang berisi surat suara dari dua TPS di Desa Kepala Jungai dan Desa Jengkarang itu dipikul sendiri oleh Pak Kodem.

Untuk memudahkan penganggkutan, empat kotak suara diikat seutas tali. Kemudian dipikul dari Desa Kepala Jungai menuju Dermaga Riam Tambo.

Martin, Palentinus dan Pak Kodem berjalan beriringan mengawal kotak suara agar selamat dan aman sampai tujuan.

Sementara tim dari KPPS sudah berjalan di depan. Setibanya di Bukit Tambo, Pak Kodem kelelahan. Mukanya mendadak pucat. Sementara, perjalanan masih jauh.

“Medan (Bukit Tambo) begitu panjang dan tinggi. Di kalbar, rasanya baru ketemu di Desa Kepala Jungai jalan yang seperti ini. Ini belum seberapa, ini belum separo. Ini yang dinamakan Bukit Tambo. Desa paling ujung di Sungai Melawi, Ambalau. Dan ini belum seberapa jalannya menuju kecamatan, ini baru 2 persen perjalanan,” kata Martin dalam vidio yang kemudian viral di media sosial.

Bukit Tambo menjadi medan terberat. Jalan tanah, licin dan menanjak. Kemiringan diperkirakan lebih dari 40 derajat.

Jika berjalan tanpa beban di pundak, berjalan kaki bisa tembus dua jam. Bisa lebih jika membawa beban.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved