Pengamat Politik Untan Pontianak Prediksi Ketum PPP Akan Diisi Kembali oleh Kader
Tentu yang terpenting menurut saya soliditas, artinya tidak ada artinya terpilih ketum jika terjadi fiksi-fiksi, tentu akan merugikan partai.
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Zulkifli
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Plt Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa bersama Sekjend PPP, Arsul Sani melakukan sosialisasi dan konsolidasi Muktamar ke IX PPP Kalbar di Hotel Golden Tulip Pontianak, Minggu 1 November 2020.
Pengamat Politik FISIP Untan, Jumadi, Ph.D menilai, untuk bursa calon ketua umum partai berlambang Ka'bah tersebut bakal diisi kembali oleh kader internal PPP, walaupun dikhalayak ramai ada nama-nama tokoh nasional di luar PPP.
"Tentu terkait dengan muktamar pasti akan ada dinamika internal, akan muncul beberapa figur yang bersaing menjadi ketua umum atau pimpinan pusat PPP.
Saya pikir itu hal yang wajar, proses yang terpenting di dalam dinamika ialah demokratisasi di internal partai.
Dulu, barang kali kekuatan figur ulama kharismatik seperti Mbah Moen cukup kuat mempengaruhi arah pilihan ke siapa," ujarnya
Sekarang ini lanjutnya, tentu ada pergeseran, jadi sebagai partai berasaskan Islam moderat, tentu memang tentu akhlakul kharimah dalam berpolitik harus jadi pegangan di tengah kompetisi yang sengit.
Baca juga: Rommy Dinilai Pengamat Masih Punya Pengaruh Pada Muktamar PPP
"Biasanya kalau di PPP kecendrungan untuk mempertahankan kader internal lebih kuat, karena memang faktor ideologi partai menentukan, sama seperti misalnya PKS, warnanya jelas, jadi cenderung untuk mempertahankan, mendorong figur internal yang sudah cukup lama sebagai kader, diprioritaskan.
Kalau menurut saya, kans orang eksternal yang tidak pernah sama sekali berkiprah di PPP kemudian untuk bisa terpilih ditingkat pusat memang agak berat, karena faktor ideologi partai," jelasnya
Dikatakanya ada partai-partai yang memang persoalan ideologi menjadi prinsip.
Tapi ada partai lain juga yang menilai itu bukan prinsip namun tergantung pertimbangan lain.
"Tapi kalau saya amati PPP agak berbeda, ada pertimbangan ideologi.
Tentu yang terpenting menurut saya soliditas, artinya tidak ada artinya terpilih ketum jika terjadi fiksi-fiksi, tentu akan merugikan partai.
Jadi apapun pertarungan, persaingan, soliditas harus dijaga, karena itu menjadi modal kekuatan politik untuk meraih prestasi yang lebih baik pada 2024," tukasnya.
--
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/jumadi_20180307_112232.jpg)