BPS Ungkap Perekonomian di Kubu Raya Melemah Hingga 1,68 Persen
Hal itupun disampaikannya saat Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menggelar dialog pembahasan tentang Pemulihan Ekonomi di Masa Recovery Pandemi Covid-19,
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kubu Raya Ir Anton Manurung mengungkapkan bahwa pandemi wabah Covid-19 sangat mengakibatkan menurunnya berbagai sektor bidang usaha.
Hal itupun disampaikannya saat Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menggelar dialog pembahasan tentang Pemulihan Ekonomi di Masa Recovery Pandemi Covid-19, pada Senin (7/9/2020).
Dirinya menerangkan bahwa pada tahun 2019 lalu, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kubu Raya tumbuh sekira 5,82 persen. Dan laju pertumbuhan ekonomi di Kubu Raya mampu menyumbang sebesar 0,67 terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat.
• BPS Ajak Warga Kubu Raya Sukses Sensus Penduduk 2020, Anton: Jawaban Jujur Tentukan Pembangunan
Namun, akibat pandemi Covid-19 melanda, Anton mengatakan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kubu Raya menurun hingga menjadi 4, 14 persen sepanjang periode Januari hingga Juni 2020.
Sepanjang bulan januari hingga juni, perkiraan pertumbuhan ekonomi pasca pendemi ini, kita itu tumbuh sekitar 4,14 persen.
"Kalau ditahun 2019 itu sebesar 5, 82 persen, tahun 2020 karena pandemi Covid-19 ini turun menjadi 4,14," ungkapnya kepada Tribun.
Anton melanjutkan, dampak adanya pandemi Covid-19 itu sangat berpengaruh kepada sektor permintaan konsumsi. Misalnya, konsumsi ruta, kegiatan perjalanan, transportasi, dan peningkatan biaya transportasi.
Yang lebih berpengaruh dari segi permintaan ini adalah produk industri manufaktur. Padahal ia mengatakan bahwa kontribusi sektor ini mencapai 32 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Kabupaten Kubu Raya.
Selain itu yang menjadi faktor melemahnya pertumbahan ekonomi juga dirinya menerangkan bahwa, terjadinya penurunan produktivitas pekerja atau buruh, penurunan investasi, kegiatan pendanaan dan terganggunya rantai pasokan.
"Sektor transportasi paling berpengaruh, dia turun hingga 8 persen. Kemudian penyedian akomodasi makan dan minum, nah itu seperti rumah makan dan semacamnya dan warung kopi itu juga turun, lalu jasa lainnya seperti tukang pijat, pangkas dan lainnya itupun juga ikut tergerus," katanya. (*)