Ahli Epidemiologi Sebut Strain Corona Menjadi Pengaruh Pada Keganasan Virus
Ada beberapa faktor covid-19, menurut Ahli Epidemiologi yang dapat menimbulkan kesakitan pada manusia.
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian Ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak, Dr. Malik Saepudin SKM. M.Kes menjelaskan bahwa Covid-19 adalah virus RNA (Ribonucleic Acid).
Menurut Malik Saepudin, Virus RNA setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu bermutasi sehingga mutasi itu menyebabkan terjadinya perubahan strain.
Dikatakannya bahwa para ilmuwan bersepakat, yang terpenting adalah terus memonitor jalur evolusi mutasinya agar bisa mengembangkan Vaksin.
Masih perlu waktu untuk membuktikan bahwa variasi atau strain virus menyebabkan keganasan meningkat atau bahkan menurun.
• Tiga Guru Terpapar Corona, Pembelajaran Tatap Muka Batal
Mungkin yang bisa kita lihat adalah kecenderungannya saja. Kecenderungan itu belum sampai pada kesimpulan bahwa mutasi virus lebih ganas di wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Hasil penelitian, lanjut Dr. Malik bahwa Prof. Amin Soebandrio dari Eijkman telah menyebutkan bahwa Mutasi itu bisa menjadi bagus, bisa menjadi jelek (bagi virus).
Namun demikian, karena keterbatasan data, para peneliti belum bisa mengaitkan mutasi itu dengan perubahan sifat virus seperti kecepatan penularan atau gejala klinis.
"Secara epidemiologis hanya bisa menelusuri dari mana penderita terkonfirmasi covid-19 dan orang yang meninggal akibat Covid-19 ini berasal," ujar Malik Saepudin.
• Cegah Corona Polsek Silat Hilir Lakukan Penyemprotan Disinfektan Pada Pemukiman dan Rumah Ibadah
"Bisa jadi mereka tinggal di daerah yang padat penularannya, pengetahuannya buruk, kebersihannya jelek. Apabila seperti itu, penularannya pun akan tinggi dengan sendirinya," tambah Malik Saepudin.
Sehingga dari hal itu, dinilainya terlalu dini untuk menyebutkan bahwa Virus Covid-19 di Indonesia bermutasi lebih ganas atau lebih jinak.
Ada beberapa faktor covid-19, menurut Ahli Epidemiologi yang dapat menimbulkan kesakitan pada manusia.
"Faktor pertama sudah pasti daya tahan tubuh. Nomor dua, kontak erat. Kontak erat ini yang menyebabkan seseorang tertular secara langsung sehingga jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh orang tersebut banyak sekali. Dan yang terakhir adalah keganasan dari virus itu sendiri," bebernya.
Apa yang sedang viral di Media Sosia, dikatakannya bahwa kejadian di Kota Pontianak yaitu penumpang pesawat terkonfirmasi positip covid-19 yang telah melarikan diri, dapat menjadi sumber penular baru, lantaran yang bersangkutan tertular dari kontak erat dalam pesawat atau tertular kontak erat di wilayah asal Jawa Timur dengan zona merah.
Perlakuan Pemrov Kalbar, diungkapkannya sudah tepat dan ada sisi baiknya sebagai sock terapi bagi masyarakat yang mencoba kabur atau melarikan diri. Sekaligus memberikan pesan bahwa jangan pernah coba untuk lari ketika dinyatakan positif covid-19, jika tidak ingin menjadi DPO.
"Kami akan memburu anda kemanapun anda pergi, sekaligus sebagai parameter positif bahwa masyarakat Kalbar masih tanggap atau konsen dengan pencegahan Covid-19," lanjutnya.
Dengan demikian, sehingga wilayah Kalbar saat ini diperhitungkan menjadi wilayah yang resisten dari penyebaran covid-19 terutama dari luar wilayah.
"Kondisi kasus yang menurun drastis di Kalbar, indikasi bahwa mutasi strain virus Corona Kalbar adalah jenis mutasi yang melemah," katanya.
Hal itu disampaikannya sesuai dengan hasil penelitian dari lembaga Eijkman, bahwa sejumlah mutasi virus terbukti dapat melemahkan serangannya dan tak lagi mematikan.
"Lewat mutasi, Virus Corona juga bisa makin lemah dan menghilang. Misalnya Virus Corona SARS yang mewabah tahun 2002 dan menghilang tahun 2004. Walau begitu covid-19 harus tetap diwaspadai, kehadiran setrain virus corona baru dari luar daerah yang dibawa bersama pergerakan atau mobiltas penduduk dari luar," bebernya.
Pengawasan Pemrov Kalbar disarankannya harus lebih ketat dan masif bahkan menurutnya mewajibkan setiap penumpang pesawat dan kapal atau bahkan kendaraan di lintas batas untuk uji swab, sehingga menjamin keselamatan para pendatang dan warga setempat.
Hal tersebut menurut Ahli Epidemiologi harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus, karena tidak ada yang tahu pasti, berapa lama lagi waktu yang diperlukan wabah Covid-19 akan berakhir.
"Semoga juga vaksin yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan di Laboratorium Bio Molekuler Eijkman dan ilmuwan virologi dari Universitas Airlangga dapat berhasil, sehingga percepatan penangan Covid- 19 di Kalbar dan Indonesia pada umumnya dapat dilaksanakan denga baik," ungkapnya.
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: