Ramadhan 2020

MUTIARA RAMADHAN - Menahan Diri dengan Berpuasa di Bulan Ramadhan

Wabah virus corona diketahui bermula di Wuhan-China pada Desember 2019 telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi pandemi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Faizal Amin 

Secara lahiriah, setiap orang muslim yang berpuasa harus menahan dirinya dari dari aktivitas makan, minum, dan bagi pasangan suami-istri berhubungan seksual pada siang hari.

Aktivitas-aktivitas lahiriah tersebut merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan biologis yang vital bagi kehidupan umat manusia.

Ibadah puasa dalam Islam mengharuskan setiap individu untuk menahan diri tidak melakukan aktivitas biologisnya pada siang hari.

Meskipun demikian, Islam tidak menafikan adanya kebutuhan biologis tersebut sebab umat Islam yang berpuasa tetap berkewajiban memenuhi kebutuhan biologisnya pada malam hari di bulan Ramadan.

Selain dimensi lahiriah, ibadah puasa dalam Islam juga memiliki dimensi batiniah.

Setiap orang muslim yang berpuasa harus menahan diri dari aktivitas-aktivitas yang merusak kesehatan mental, seperti berbohong, menipu, memfitnah, menggunjing, mencela, dan perbuatan buruk lainnya.

Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan perwujudan dari sifat-sifat tercela seperti iri, dengki, hasud, tamak, rakus, takabur dan sejenisnya.

Dalam hal ini, orang yang berpuasa dianjurkan untuk lebih banyak melakukan aktivitas pengayaan spiritualitas dengan cara menyibukkan diri dengan perbuatan baik seperti jujur, rendah hati, menjaga amanah dan kepercayaan, memperbanyak sedekah, puji-pujian, selawat dan permohonan ampunan kepada Allah SWT, berperilaku sopan santun dan semisalnya.

Kualitas puasa seorang individu berbanding lurus dengan kuantitas aktivitas menahan diri yang dapat diusahakannya.

Bentuk-bentuk aktivitas menahan diri dalam pelaksanan ibadah puasa itu tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan biologis, tetapi juga berkaitan dengan peningkatan spiritualitas individu.

Hal ini sejalan dengan tujuan pelaksanaan ibadah puasa untuk menjadikan orang melakukannya menjadi bertakwa sebagaimana disinggung dalam Alquran surat al-Baqarah [2] 183.

Ketakwaan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah puasa adalah buah dari kemampuan menahan diri tidak hanya secara lahiriah tetapi juga batiniah.

Semakin baik kemampuan menahan diri yang peroleh oleh seorang yang berpuasa, maka semakin tinggi kualitas dirinya sebagai hamba Allah Swt dalam menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan demikian, orang yang bertakwa adalah orang yang terjaga dirinya dari melanggar larangan-larangan agama dan karena kualitas keterjagaan tersebut, maka ia senantiasa taat dalam melaksanakan perintah-perintah agama.

Predikat ketakwaan hanya diberikan kepada orang yang berhasil menahan dirinya secara lahiriah dan batiniah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved