Ramadhan 2020
MUTIARA RAMADHAN - Sederhana saat Covid-19
Rasa takut bersentuhan dengan orang lain, rasa tidak aman dalam keramaian, bukti betapa kita manusia sangat lemah.
Amalia Irfani
Dosen IAIN Pontianak
PUASA Ramadan 1441 Hijriah menjadi berbeda dibandingkan dengan puasa Ramadan sebelumnya karena dijalankan pada saat dunia menghadapi "gejolak" pandemi yang mengancam nyawa.
Gejolak tersebut secara langsung juga mempengaruhi kehidupan masyarakat secara sosial, ekonomi dan psikis.
Tidak sedikit masyarakat dunia yang akhirnya menjadi sakit secara fisik dan non fisik padahal sebelumnya sehat karena dihinggapi kecemasan berlebihan.
Kondisi sosial yang tidak biasa ini jika ditelaah lebih dalam merupakan sarana kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT.
Rasa takut bersentuhan dengan orang lain, rasa tidak aman dalam keramaian, bukti betapa kita manusia sangat lemah.
Ramadan bagi muslim Indonesia biasanya juga identik dengan kemewahan makanan dan pakaian pun menjadi berbalik arah.
Kita dituntun untuk kembali kepada fitrah sebuah ibadah dengan tidak berlebih-lebihan dan lebih menghargai sesama.
Allah SWT berfirman, dalam As-Syu'araa (150-152), "Bertakwa dan taatlah kalian kepada Allah. Jangan kalian menaati perintah orang-orang yang suka berlebih-lebihan, yaitu orang-orang yang sering melakukan kerusakan tanpa mau memperbaikinya".
Ramadan bulan mulia, hakikatnya adalah bulan pengekangan diri dari segala macam keinginan hawa nafsu berlebih-lebihan.
Mengendalikan diri dari keinginan duniawi yang dapat mengurangi pahala atau membatalkan ibadah puasa.
Misalnya menahan diri makan dan minum berlebihan, sikap dan sifat konsumtif menjelang Idul Fitri dengan bermewah-mewah, jor-joran berbelanja, pamer di media sosial sehingga tidak jarang esensi ibadah puasa menjadi terabaikan dan cenderung tidak bermakna untuk dilakukan kerena sudah didominasi oleh hawa nafsu duniawi.
Islam mengajarkan pemeluknya untuk hidup sederhana, bersahaja atau hidup hemat dan menjauhi sifat kikir.
Sederhana yang dimaksud ialah hidup cerdas dengan mampu memilah dan memilih antara kebutuhan dan keinginan, bukan sebaliknya hidup susah dan membiarkan penderitaan.
Terlebih disuasana pandemi covid 19 sekarang, banyak saudara-saudara kita yang hidup susah menjadi lebih susah.