Virus Corona Masuk Kalbar
Dampak Masa Darurat Covid-19, Pramuwisata Tidak Miliki Penghasilan Sama Sekali
Hal ini diungkapkan oleh Juniardi Saktiawan selaku ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) provinsi Kalbar.
Penulis: David Nurfianto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dampak dari wabah Covid-19 yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia tidak bisa dihindari.
Termasuk dalam sektor pariwisata yang mengandalkan penghasilan dari turis domestik dan mancanegara.
Hal ini diungkapkan oleh Juniardi Saktiawan selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) provinsi Kalbar.
Ia menyatakan saat ini penghasilan yang diterima oleh rekan pramuwisata atau lebih sering disebut tour guide sudah ada di titik Rp 0 rupiah semenjak penetapan masa Darurat Covid-19 Maret lalu.
• Penerbangan Komersial Ditiadakan Sementara, Kondisi Terkini Bandara Supadio Sepi
"Setelah pemberlakuan masa Darurat Covid-19, otomatis teman pramuwisata kehilangan job secara total."
"Sehingga penghasilan yang diterima saat ini pun sudah mencapai Rp 0 rupiah sejak Maret lalu" ungkap Iwan Ponti sapaan akrabnya.
Iwan juga menyatakan bahwa teman pramuwisata saat ini sangat berharap bantuan pemerintah dalam hal bertahan hidup seperti sembako.
Karena tanpa penghasilan dari memandu tamu pramuwisata tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Bukan bantuan prakerja karena proses penerimaannya masih panjang. Sedangkan sekarang kami semua berjuang untuk bisa makan setiap hari" lanjutnya.
Iwan menyatakan bahwa teman pramuwisata seakan dilupakan oleh pemerintah serta masalah dan berfokus pada pekerja lepas.
Padahal mereka merupakan satu di antara masyarakat yang juga merasakan dampak secara nyata.
"Malah teman pramuwisata sempat merasa kita ini dilupakan pemerintah. Saat pemerintah lebih terkesan melirik ojol sebagai profesi yang paling terdampak dlm situasi saat ini, padahal mereka hingga hari ini masih ada job. Sedangkan kami sudah benar-benar habis" paparnya.
Hal ini pula yang membuat Iwan dan rekan semasa Pemandu Wisata merasa dilupakan.
Padahal sebelumnya pekerjaan yang dilakukan menjadi penghasil devisa terbesar nomor 2 di Indonesia.
"Seperti yang kita tahu sebelumnya kalo penghasilan devisa kedua terbesar itu dari wisata, tetapi saat ini kami tidak di lirik sama sekali rasanya."