Akibat Dampak Menakutkan Coronavirus, Asperindo Catat Pengiriman Barang Impor Turun hingga 30 Persen
Wakil Ketua DPP Asperindo Budi Paryanto mengungkapkan pihaknya mencatat penurunan pengiriman barang impo
PONTIANAK - Merebaknya virus corona berdampak pada pertumbuhan ekonomi, termasuk pada industri jasa pengiriman terutama barang impor yang menurun hingga 30 persen.
Wakil Ketua DPP Asperindo Budi Paryanto mengungkapkan pihaknya mencatat penurunan pengiriman barang impor, hingga 30 persen semenjak merebaknya virus corona, terutama barang-barang dari Tiongkok.
"Kita mencatat 30 Persen penurunan kiriman barang impor, imbas virus corona terutama dari daerah Cina, karena memang sebagaina besar dari sana," ujarnya
Terkait kondisi ini memang tidak banyak yang bisa dilakukan, pelaku usaha jasa pengiriman, sebab ini merupakan kebijakan bersifat global.
Seperti diketahui pada 2018-2019 Indonesia memang booming dengan belanja online, dan sebagian besar masuk dari Tiongkok.
• Ternyata Seperti Ini Cara Virus Corona Menularkan Dari Orang ke Orang Lain, Menyebar dengan Mudah
"Dan barang-barang e-commerce ini kebanyakan masukanya dari Cina.Dengan adanya kebijakan Cina yang melarang barang ini keluar atau sebaliknya kita menolak barang itu masuk, tentu dampaknya sangat liar biasa. 30 persen dalam catatan kami penurunanya, yang itu seharusnya menjadi potensial income oleh anggota kami," ujarnya
Ia mengatakan kondisi ini tentunya akan normal kembali ketika virus corona ini sudah bisa diatasi.
"Persoalanya kita tidak tahu virus corona ini sampai kapan merebaknya," ujarnya
Maka menurutnya kedepan yang menjadi tantangan, bagaimana pemerintah menumbuhkan kembangkan produk UMKM dalam negeri.
"Saya kira itu yang terbaik, dan ini perlu dukungan sangat kuat dari, pemerintah untuk kemudian UMKM kita yang sebetulnya bisa menjadi, potensi produsen di daerah, yang nanti lalu lintasnya menjadi potensial income bagi kami," ujarnya
Kondisi virus corona menambah panjang tantangan dan persoalan yang dihadapi pelaku usaha jasa pengiriman, hingga berbuntut tutupnya sejumlah perusahaan termasuk di Kalbar.
"Ini sebuah tantangan dari kondisi global yang memang kurang menguntungkan. Kondisinya memang secara makro ekonomi, kita ada pelemahan, terutama semester satu 2020. Imbasnya nanti sampai pertengahan tahun, akan terasa sekali," ujarnya
Ini dikarenakan berbagai faktor penyebab, yang terakhir adalah merebaknya virus corona.
Tapi sebelum-sebelum itu juga banyak penyebabnya, seperti biaya logistik yang sangat tinggi, persaingan antar pelaku usaha yang seharusnya tidak bermain di wilayah retail,tetapi cukup bermain diwilayah operator.
"Ini juga tantangan karena memang itu secara regulasi tidak ada yang mengatur.Ini tantangan yang harus dihadapi sekaligus juga merupakan permohonan kepada pemerintah, untuk mengatur tata laksana supaya lebih sehat kompetisinya," tukasnya.