Pengamat Nilai Golkar Tak Lazim Jika Hanya Jadi Wakil Bupati di Kapuas Hulu

PONTIANAK - Satu diantara Pengamat Politik Kalbar, Ireng Maulana menilai mestinya Golkar lebih berani dalam memposisikan kader untuk Pilkada 2020 di Kapuas Hulu.

Berikut penuturannya

Seharusnya Golkar berhitung ulang untuk memposisikan kader mereka (Agus Mulyana) di posisi bakal calon wakil dalam dinamika pencalonan kepala daerah Kapuas Hulu.

Sebagai partai pemenang pemilu 2019 disana, langkah yang dilakukan Golkar tidak lazim karena modal politik mereka terbukti kuat dan solid.

Sebaiknya, Golkar lebih punya keberanian untuk memposisikan Kadernya di posisi bakal calon Bupati.

• DPD Golkar Ungkapkan Alasan Arah Dukungan ke H Baiduri-Agus Mulyana untuk Kapuas Hulu

Sumber daya mereka seperti di sia - siakan jika skenario komposisi pasangan ini benar terjadi.

Golkar seharusnya memainkan posisi tawar yang lebih strategis sebagai kelompok arus utama dominan di Kapuas Hulu.

Dinamika pencalonan sebaiknya tidak mengandalkan asumsi komposisi sentimen etnis, melainkan dengan pertimbangan sumber daya politik yang dimiliki.

Image yang publik tangkap dari komposisi pasangan sementara Golkar dan PPP tersebut sebagai semangat dari kompromi membagi sentimen identitas.

Logika konsolidasi potensi elektoral semacam ini tentu tidak salah, namun belum mencerminkan kemajuan cara berpolitik aktor politik arus utama daerah.

Rumus komposisi distribusi etnis terlalu mudah ditebak dan sama sekali tidak positif untuk menumbuhkembangkan demokrasi di daerah.

Selanjutnya, publik cukup harus memahami dinamika pencalonan ditangan partai politik akan mudah berubah karena saling silang kepentingan didalam diri elite mereka.

Sebagai tahap awal, langkah Gokar dan PPP yang sejak awal mengumumkan sepasang kandidat dari mereka sebagai sikap berani dan patut diapresiasi.

Sikap mereka ini termasuk memberikan kepastian bahwa regenerasi kepemimpinan di Kapuas Hulu akan terjadi.

Paling tidak memberikan harapan bahwa daerah tersebut masih memiliki potensi pemimpin dimasa depan.

Walaupun, ekspektasi publik untuk mendapatkan figur pemimpin yang ideal tidak dapat difasilitasi sepenuhnya.