Konflik Iran Vs Amerika
Duka Rakyat atas Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani, Iran Rencakan 13 Skenario Balas Dendam ke AS
Korban pembunuhan yang dilakukan militer Amerika Serikat tersebut hendak dimakamkan di kampung halamanny
Prosesi pemakaman Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, Iran, membawa korban jiwa.
Setidaknya 32 orang pelayat kehilangan nyawa dan 200 orang lainnya menderita luka-luka akibat saling injak dan berdesak-desakan di Kota Kerman, Selasa (7/1/2020).
Korban pembunuhan yang dilakukan militer Amerika Serikat tersebut hendak dimakamkan di kampung halamannya, Kerman, setelah menjalani rangkaian prosesi sejak jenazahnya tiba di Iran, Minggu (5/1/2020) lalu.
Pemakaman Qassem menyedot ribuan pelayat dari berbagai wilayah di Iran. Mereka berupaya mendekati mobil yang membawa peti jenazah Qassem sehingga terjadi aksi desak-desakan dan saling injak.
Televisi pemerintah menyebutkan 32 orang tewas dan 190 lainnya terluka. Rekaman yang beredar di internet menunjukkan sejumlah petugas berusaha mati-matian untuk menyelamatkan pelayat yang terinjak-injak dan jatuh ke tanah.
• Rudal Jelajah Iran Serang Pangkalan Militer AS di Irak, Balasan Awal Atas Kematian Qassem Soleimani
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang sempat menangis di depan peti mati Qassem Soleimani, telah memerintahkan pasukan negaranya untuk menyerang kepentingan Amerika Serikat (AS).
Iran mengatakan telah menetapkan 13 skenario balas dendam.
Komandan Garda Revolusi Hossein Salami mengatakan Iran akan 'membakar' sekutu-sekutu AS. Presiden AS Donald Trump telah bersumpah akan melakukan balasan jika Iran menyerang kepentingan AS di manapun.
Di Kerman, pelayat berpakaian hitam berkumpul di Azadi Square, lokasi persemayaman peti mati Qassem Soleimani dan pembantu dekatnya, Hossein Pourjafari.
"Tidak ada kompromi! Balas dendam!" teriak massa ketika melihat peti mati Qassem Soleimani melintas.
Kepala Layanan Medis Darurat Iran, Pirhossein Koulivand, yang berbicara melalui telepon kepada stasiun televisi pemerintah menyatakan telah terjadi kekacauan dan saling injak di jalan-jalan yang penuh sesak oleh ribuan pelayat.
"Sebagai akibat dari dorong-dorongan, warga mengalami luka-luka, bahkan ada yang tewas, selama prosesi pemakaman," katanya. Kantor Berita ISNA kemudian melaporkan pemakaman ditunda namun tidak dijelaskan berapa lama.
Duta Besar Inggris untuk Iran, Rob Macaire, menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban jiwa di Kerman melalui akun Twitternya. "Saya sangat menyesal mendengar berita tentang hilangnya nyawa di Kerman," ujarnya.
Pria Hebat
Sebelum terjadi kekacauan, kerumunan massa melambaikan bendera dan memegang foto-foto Qassem Soleimani, sambil meratap. Anak-anak sekolah terdengar meneriakkan,"Kematian bagi Trump," sementara orang banyak meneriakkan, "Matilah Israel," ketika Hossein Salami bersumpah membalas dendam pada AS.
"Qassem Soleimani lebih kuat ... sekarang dia sudah wafat. Musuh membunuhnya secara tidak adil. Kami akan membalas dendam. Kami akan membakar mereka semua," ujar Salami dalam orasinya di depan massa.