Perjuangan Ari Rawat Neneknya Sakit Sendirian, Bertahan Hidup Hanya dari Uluran Tangan Tetangga
Setelah menyelesaikan pendidikan di satu SMP swasta pada 2017, Ari harus mengurus sang nenek seorang diri.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
Ari mengatakan dirinya sudah hampir satu tahun merawat sang nenek sendirian, setelah ibunya meninggal.
"Saya merawat nenek sejak ibu meninggal satu tahun yang lalu, setelah itu nenek sakit-sakitan," ucapnya saat diwawancarai pada Minggu (5/1).
Sejak itu, Ari dan neneknya bertahan hidup hanya mengandalkan uluran bantuan dari tetangga dan dari berbagai pihak.
Hal tersebut dilakukan karena dirinya tidak bekerja dan hanya tinggal berdua dengan sang nenek.
Sementara sang ayah yang sudah lama bercerai dengan ibunya, hanya sesekali memberikan uang. Ia menambahkan selama ini ada
bantuan seperti beras, gula, mi instan, sandal, sampo, sabun, pasta gigi, dan sikat gigi yang ia dan neneknya terima.
Sedangkan untuk membeli elpiji dan tagihan listrik, hanya mengandalkan uang dari pemberian tetangga.
Bahkan ijazah SMP-nya pun belum diambil karena tidak ada biaya untuk menebus pengambilan ijazah tersebut.
"Ijazah belum diambil karena uang tidak ada. Biaya pengambilan ijazah sekitar Rp 400 ribu sampai sekarang belum saya ambil dan belum pernah ke sekolah lagi," kata Ari.
Ari merasa kebingungan mendapatkan uang untuk menebus ijazah yang tertahan. Karena selama bersekolah ia dibiayai oleh sang ibu yang kini telah meninggal dunia.
"Niat untuk melanjutkan ke SMA memang ada namun uang tidak ada dan juga tidak ada yang merawat nenek," ucapnya.
Dirinya sendiri berharap ada bantuan untuk merawat sang nenek yang sakit. Karena selama ini hanya mengandalkan obat dari warung.
Ia juga berharap ada bantuan untuk dirinya bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
"Saya kepenginnya nenek dibawa ke rumah sakit kemudian beli obat," katanya.
Ketika ditanya Tribun tentang cita- citanya, Ari mengaku ingin menjadi seorang dokter.