Terdata Tahun Ini 1922 Balita di Kapuas Hulu Mengalami Stunting

Maka dari itu kata Bupati, stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA/Humas Pemda Kapuas Hulu
Bupati Kapuas Hulu Abang Muhammad Nasir saat memberikan katasambutan dalam acara workshop percepatan penurunan stunting pada 1000 hari pertama kehidupan diwilayah Kapuas Hulu, di Aula Bappeda Kapuas Hulu, Selasa(3/12/2019). 

KAPUAS HULU - Menghadiri acara workshop percepatan penurunan stunting pada 1000 hari pertama kehidupan diwilayah Kapuas Hulu, di Aula Bappeda Kapuas Hulu, Selasa (3/12/2019).

Bupati Kabupaten Kapuas Hulu Abang Muhammad Nasir menyatakan, keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum mengembirakan.

Salah satu diantara masalah tersebut adalah stunting (pendek).

"Hasil pemantauan status gizi balita di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2019, terdapat 27,7 persen atau sekitar 1922 anak usia bawah dua tahun menderita stunting," ujarnya.

Bupati PH Targetkan Angka Stunting di Sanggau Terus Menurun

Maka dari itu kata Bupati, stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik, dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.

"Juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan, dan produktivitas anak."

"Serta risiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko terjadinya penyakit degeneratif (diabetes melitus, hiperkolesterol, hipertensi) di usia dewasa," ucapnya.

Menurutnya, prevalensi stunting merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia.

Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 persen balita menderita stunting.

"Proporsi status gizi pendek dan sangat pendek pada bayi di bawah dua tahun mencapai 29,9 persen atau lebih tinggi dibandingkan target RPJM 2019, yaitu sebesar 28 persen," ujarnya.

Nasir menjelaskan, tingginya prevalensi stunting saat ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mendasar yaitu ketidaktahuan masyarakat terhadap faktor-faktor penyebab stunting.

Kemudian pemberian pelayanan kesehatan yang belum sesuai standar, baik di tingkat masyarakat maupun di fasilitas pelayanan kesehatan yang mendorong terjadinya stunting.

"Peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk setiap kelompok sasaran sesuai perannya dalam pencegahan stunting menjadi penting."

"Dengan meningkatnya pengetahuan tersebut, diharapkan kelompok sasaran dapat melakukan perubahan perilaku yang mendukung pencegahan stunting," ungkapnya. (*)

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved