Moeldoko Sebut Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan Sejalan dengan Visi Misi Jokowi
Kelima aspek tersebut meliputi infrastruktur, investasi, kualitas sumber daya manusia, reformasi birokrasi dan APBN yang tepat sasaran.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Maudy Asri Gita Utami
PONTIANAK - BPH Migas menggelar Focus Group Discussion Sinergitas pembangunan pipa trans Kalimantan ( Ruas Transmisi, wilayah jaringan distribusi dan LNG) yang digelar di Hotel Mahkota Pontianak , Selasa (3/12/2019).
Kepala Staf Kepresidenan RI Jendral TNI (Purn) Dr. Moeldoko menyampaikan upaya pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan ini sejalan dengan Visi Presiden Joko Widodo yang memprioritaskan lima aspek khususnya pembangunan infrastruktur.
Kelima aspek tersebut meliputi infrastruktur, investasi, kualitas sumber daya manusia, reformasi birokrasi dan APBN yang tepat sasaran.
“Pembangunan pipa gas Tans Kalimantan selain mendukung kebutuhan clean energy untuk Ibu kota pemerintahan baru juga sekaligus mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
"Salah satu indikatornya adalah terwujudnya keadilan energi dan keadilan wilayah terutama Kalimantan yang telah memberikan konstribusi besar pada sektor energi untuk NKRI”.
• BPH Migas Realisasikan Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan
Ia mengatakan tugas KSP adalah mengelola isu strategis, melakukan komunikasi politik, mengawal proyek-proyek nasional strategis.
Dirinya menambahkan Presiden dalam setiap kesempatan menyampaikan Indonesia harus menjadi negara maju.
Dalam pembangunan kedepannya pada Sumber Daya Manusia menuju Indonesia maju.
Indonesia maju adalah Indonesia yang tidak ada satu warganya pun yang tertinggal dalam mencapai cita-cita.
Untuk itu maka pembangunan infrastruktur harus digerakkan.
Presiden mengatakan pembangunan infrastruktur akan terus dilanjutkan.
Hal tersebut karena saat ini Indonesia masih menganut 3T yakni Tertinggal, Terpencil dan Terluar.
Kemudian di negara demokrasi setiap warganya harus menikmati hasilnya.
Jangan sampai demokrasi hanya di nikmati kelompok elit.
Indonesia sebagai negara hukum setiap warganya memiliki hak yang sama didepan hukum.
Kemudian Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi harus sejajar dengan negara maju lainnya.
Indonesia juga harus mampu dalam menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dari lingkungan yang kompetitif.
Ia menambahkan untuk menuju Indonesia maju diantaranya harus dilakukan pembangunan infrastruktur.
Dalam lima tahun terakhir upaya pembangunan juga sangat luar biasa.
"Pada 1973 Indonesia berkeinginan membangun jalan tol dan bisa menyelesaikan 78 jalan tol. Setelah empat puluh tahun terakhir jalan tol baru terbangun sekitar 280 kilometer," ujarnya.
Dalam lima tahun terakhir Presiden Jokowi sudah membangun jalan tol kurang lebih 1350 kilometer.
Ia mengatakan pembangunan pipa gas trans Kalimantan merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam upaya untuk mengembangkan industri dan lainnya.
Hadirnya pipa gas trans Kalimantan akan bisa mendorong pertumbuhan industri yang bisa menyerap tenaga kerja.
"Tetapi persoalannya dalam membangun seperti telur dan ayam, mana yang di dahulukan, investor akan bertanya jika dibangun siapa yang akan menyerap, kemudian industri yang datang akan bertanya, ada gasnya atau tidak," ujarnya.
Hal tersebut menuntut semua pihak untuk bersepakat melahirkan telur jangan menunggu telur.
Agar bisa meyakinkan pemerintah kalau proyek pipa gas trans Kalimantan memiliki nilai yang tinggi kedepannya.
Dirinya menambahkan saat ini ada paradigma yang harus diluruskan dalam pengembangan gas. Karena ada yang berpikir gas bumi sebagai komoditi.
Padahal sesungguhnya gas bumi adalah penggerak perekonomian nasional.
"Tanpa adanya gas, listrik terlalu sulit untuk berkembang, kedepannya perkembangan perdagangan elektronik akan mengalami peningkatan yang fantastik. Hal tersebut tidak akan bisa terjadi tanpa adanya listrik dan energi ," ujarnyan
Ia katakan Energi adalah penggerak ekonomi nasional maka harus di pikiran agar industri bisa datang ke Kalbar karena energinya tersiapkan dengan baik.
Moeldoko mengatakan saat ini industri keramik dalam negeri mengalami ancaman yang luar biasa karena impor.
Hal tersebut terjadi karena harga gas industri Indonesia terlalu tinggi. Ternyata hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan.
"Sekarang ini kita menghadapi gempuran lagi dari India, ini yang menunjukkan betapa pentingnya gas ini, karena harganya jauh lebih murah dari solar," ucapnya.
Ia yakin proyek yang di pikirkan ini akan mendapatkan dukungan dari Presiden.
Ia menambahkan berdasarkan rapat dengan Kementerian ESDM, PLN membuat proyeksi kebutuhan ibukota kedepan di Kalimantan Timur.
Secara bertahap sudah di ketahui jumlah kebutuhan dan sumber kebutuhan itu di dapatkan.
Kehadiran gas ini nantinya juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk pembangkit tenaga listrik dalam mencukupi kebutuhan ibukota yang baru nantinya.
"Jika dihitung untuk kebutuhan pipa gas trans Kalimantan bisa mencapai 30 hingga 35 triliun rupiah," ucapnya.
Moeldoko menyampaikan beberapa kebutuhan pembangkit listrik memang perlu diganti dari diesel ke gas.
Juga untuk kebutuhan pelabuhan baru di Kalbar. Serta bisa menggantikan impor dari Malaysia.
Kemudian jika pipa gas terbangun industri pasti akan datang.
"Setelah pulang dari Kalbar, saya akan lapor Presiden atas keinginan masyarakat Kalimantan untuk merealisasikan pipa gas trans Kalimantan," pungkasnya. (*)
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak