Turis dari Beberapa Negara Hadir di Prosesi Perang Ketupat dan Pemandian Pusaka Kerajaan Tayan

Perang Ketupat dilaksanakan dari Muara Sungai Tayan hingga mudik kehulu atau tepian Keraton Tayan.

Penulis: Syahroni | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ SYAHRONI
Rombongan Raja-raja se Kalbar dan Bupati Sanggau Paolus Hadi yang berada didalam kapal melaksanakan perang ketupat bersama masyarakat yang ada didaratan setelah prosesi pemandian barang pusaka Kerajaan Tayan, Rabu (27/11/2019). 

SANGGAU - Ratusan masyarakat dan Forkompimda Kabupaten Sanggau serta Provinsi Kalimantan Barar berkumpul di tepian Sungai Kapuas, tepatnya didepan Keraton Pakunegara Tayan.

Mereka berkumpul untuk mengukuti dan menyaksikan Festival Budaya Keraton Pakunegara Tayan 2019. Kegiatan tersebut merupakan acara puncak dari festival yaitu "Mande Bedil Keraja dan Perang Ketupat", Rabu (27/11/2019).

Perang Ketupat dilangsungkan setelah acara memandikan pusaka kerajaan yang dilaksanakan diatas kapal yang sambil mengarungi Sungai Kapuas.

Perang Ketupat dilaksanakan dari Muara Sungai Tayan hingga mudik kehulu atau tepian Keraton Tayan.

Kunjungi Wedding Expo Aston Pontianak dan Dapatkan Cashback Hingga Rp 20 Juta

Semua masyarakat dari berbagai usia, tampak asyik perang dengan ketupat. Ketupat yang diisi beras ini dibuat seukuran pegelangan balita dan menjadi senjata untuk saling lempar antara masyarakat yang ada dikapal dan daratan.

Sesekali hantaman ketupat telah mengenai mereka yang berperang.

Raja Tayan, Gusti Yusri menjelaskan hadir para raja-raja se Kelbar serta Bupati Sanggau, Paolus Hadi dan Forkompimda Provinsi maupun Kabupaten Sanggau.

"Kegiatan kali ini dihadiri oleh para kerajaan kerajaan di Kalimantan Barat, juga ada tamu dari Swedia, Australia , New Zealand, Brunei Darusalam dan Malaysia," ucap Gusti Yusri menjelaskan saat tamu-tamu yang hadir menyaksikan kegiatan.

UPP Saber Pungli Ketapang Lakukan Monitoring dan Sosialisasikan Pencegahan Pungli

Raja Tayan, Gusti Yusri menjelaskan, Perang Ketupat ini adalah sebuah tradisi dari Kerajaan Tayan yang sudah di kenal dari dulu dan dilaksanakan secara turun temurun.

Perang Ketupat memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi kerajaan dan warganya, sesungguhnya Gusti Yusri tegaskan Perang Ketupat sebagai simbolik memerangi marabahaya atau bala.

Jaman dahulu Perang Ketupat ini dilaksanakan ketika memyambut 1 Muharram, atau saat di perlukan. Ada serangkaian agenda yang dilaksanakan bersamaan dengan Perang Ketupat, yaitu memandikan barang pusaka.

"Dalam bahasa daerah kami "Mande Bedel Keraja". Jadi memandikan bedel atau senjata pusaka kerajaan," jelasnya.

Perang Ketupat dulunya biasa dilakukan ketika desa idi serang wabah penyakit atau keadaan keadaan tertentu yang menghendaki.

Sosialisasi Empat Pilar, Christiandy Dorong Permintaan P4 Agar Dihidupkan Kembali

"Hanya saat sekarang, kita kemas dalam bentuk festival sehingga agak lebih sederhana," ucapnya.

Semua prosesi memandikan senjata ketajaan dan perang ketupat tetap dilakukan sesuai dengan aturan mainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved