Aswandi: Hati-Hati Dalam Memahami Konsep Sekolah Ramah Anak
Pengamat pendidikan Untan, Aswandi mengatakan kegiatan untuk membentuk sekolah ramah anak sudah sering dilakuka
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
Anak yang berperilaku agresif menunjukkan anak tersebut tidak normal. Padahal perilaku agresif pada anak biasa terjadi.
Namun karena ketidakpahaman orang tua karena perilaku agresif anak. Akhirnya orang tua melakukan tindakan kekerasan. Hal tersebut berakibat anak kembali melakukan tindakan yang lebih keras.
"Justru anak yang tidak baik perilakunya karena pendidikan orang tua yang keliru," jelasnya.
Aswandi mengatakan untuk menangani anak yang agresif tidak harus dengan tindakan kekerasan. Karena pada usia tertentu sifat keagresifan anak akan menghilang.
Namun ketika salah penanganan justru akan menghasilkan anak yang nakal. Pada umumnya pendidik termasuk orang tua masih belum memahami.
Dibeberapa daerah upaya untuk menekan perilaku kasar terhadap anak sudah dilakukan. Diantaranya tidak boleh menunjuk anak di kelas. Karena ketika anak di tunjukan berarti seorang guru memposisikan anak tersebut bersalah. Lalu perilaku sopan yang harus ditunjukkan adalah dengan menyuruh anak menggunakan jempol.
"Hati-hati dalam memahami konsep sekolah ramah anak," ucapnya.
Ia khawatir ketika ingin menanamkan konsep ramah anak malah memanjakan anak. Ramah anak tidak harus terjebak memanjakan anak.
Jika hal tersebut terjadi justru anak akan rusak. Jadi bentuk Sekolah ramah anak itu menjadi penting dan harus dirumuskan.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak