Aswandi: Hati-Hati Dalam Memahami Konsep Sekolah Ramah Anak

Pengamat pendidikan Untan, Aswandi mengatakan kegiatan untuk membentuk sekolah ramah anak sudah sering dilakuka

Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ANGGITA PUTRI
Dr Aswandi Saat diwawancari di Ruang Rektorat Untan, Selasa (16/7/2019). 

Aswandi: Hati-Hati Dalam Memahami Konsep Sekolah Ramah Anak

PONTIANAK - Pengamat pendidikan Untan, Aswandi mengatakan kegiatan untuk membentuk sekolah ramah anak sudah sering dilakukan.

Hal tersebut akan berdampak positif bagi sekolah.

Karena pada dasarnya sekolah harus ramah terhadap siswa.

Seringnya terjadi kekerasan terhadap anak baik itu yang dilakukan oleh guru maupun sesama siswa tidak bisa di legalkan.

Tindakan guru untuk mencegah siswa melakukan hal negatif juga tidak harus dengan kekerasan.

"Jika kita ingin menghilangkan kekerasan tidak boleh dengan kekerasan," ucapnya.

Konsep Membangun Desa Sutarmidji Diapresiasi Menteri Abdul Halim Iskandar

Aming Coffee Buka Cabang Baru di Pontianak, Berkonsep Coffe Modern

Konsep Membangun Desa Sutarmidji Diapresiasi Menteri Abdul Halim Iskandar

Upaya menghilangkan kekerasan di sekolah mesti dengan keramahan. Makanya kegiatan tersebut dibuat serempak supaya ada gerakan untuk menciptakan sekolah ramah anak.

Jika ingin memasyarakatkan hal seperti ini akan lebih baik jika dilakukan secara serempak. Kesan yang ditimbulkan akan memberikan efek positif terhadap sekolah.

"Kegiatan seperti ini harus didukung, untuk mewujudkan sekolah ramah anak," katanya.

Aswandi menambahkan selama ini kekerasan yang terjadi di sekolah disebabkan oleh berbagai hal. Diantaranya karena perilaku manusia yang senang kekerasan.

Ketidak pahaman orang juga yang seakan-akan melakukan kekerasan menjadi alat yang bagus untuk pendidikan. Padahal hal tersebut tidak benar adanya.

"Masih banyak yang beranggapan jika anak di pukul jika melakukan kesalahan," tuturnya.

Akibat pemahaman yang belum baik makanya masih terjadi kekerasan. Kemudian juga banyak hal yang menyebabkan kekerasan masih terjadi.

Yakni anak yang agresif hal tersebut dikarenakan memang anak tersebut suka kekerasan atau prilaku agresif.

Anak yang berperilaku agresif menunjukkan anak tersebut tidak normal. Padahal perilaku agresif pada anak biasa terjadi.

Namun karena ketidakpahaman orang tua karena perilaku agresif anak. Akhirnya orang tua melakukan tindakan kekerasan. Hal tersebut berakibat anak kembali melakukan tindakan yang lebih keras.

"Justru anak yang tidak baik perilakunya karena pendidikan orang tua yang keliru," jelasnya.

Aswandi mengatakan untuk menangani anak yang agresif tidak harus dengan tindakan kekerasan. Karena pada usia tertentu sifat keagresifan anak akan menghilang.

Namun ketika salah penanganan justru akan menghasilkan anak yang nakal. Pada umumnya pendidik termasuk orang tua masih belum memahami.

Dibeberapa daerah upaya untuk menekan perilaku kasar terhadap anak sudah dilakukan. Diantaranya tidak boleh menunjuk anak di kelas. Karena ketika anak di tunjukan berarti seorang guru memposisikan anak tersebut bersalah. Lalu perilaku sopan yang harus ditunjukkan adalah dengan menyuruh anak menggunakan jempol.

"Hati-hati dalam memahami konsep sekolah ramah anak," ucapnya.

Ia khawatir ketika ingin menanamkan konsep ramah anak malah memanjakan anak. Ramah anak tidak harus terjebak memanjakan anak.

Jika hal tersebut terjadi justru anak akan rusak. Jadi bentuk Sekolah ramah anak itu menjadi penting dan harus dirumuskan.

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved