Sutarmidji: Pertamina Tak Beres Urus LPG! Desak Kepala Daerah Cabut Izin Agen & Pangkalan Curang
Rasanya mau ganti gas warna pink, sedangkan gas kayak gini banyak yang ngeluh apa lagi yang tabung pink.
Sutarmidji: Pertamina Tak Beres Urus LPG! Desak Kepala Daerah Cabut Izin Agen & Pangkalan Curang
PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji, angkat bicara mengenai kelangkaan LPG (elpiji) ukuran tabung 3 kilogram yang terjadi akhir-akhir ini di Kalbar.
Kelangkaan tersebut menyebabkan antrean panjang warga yang ingin membeli elpiji.
Sutarmidji juga meminta pihak Pertamina untuk segera menangani masalah ini dan meminta wali kota, bupati mencabut semua izin agen, pangkalan, atau pengecer jika mereka curang dalam pendistribusian LPG 3 kg.
Terkait masalah LPG 3 kg ini juga telah dibagikan Sutarmidji melalui akun Instagram miliknya @bang.midji yang menggungah foto antrean warga saat antre membeli LPG.
"Pertamina mengurus LPG tak pernah beres, baru aman dua bulan sudah sangsot lagi, padahal yang ngurus anak muda. Saya minta wali kota dan bupati cabut semua izin agen, pangkalan, atau pengecer kalau mereka curang dalam pendistribusian gas 3 kg, semoga Pertamina segera tangani," tulis Midji pada caption foto yang ia bagikan di akun Instagram miliknya.
Saat dikonfirmasi oleh awak media terkait hal ini, Midji mengatakan tidak tahu di mana letak permasalahan distribusi elpiji.
Sementara Pertamina mengatakan pasokan tidak berkurang, bahkan terus bertambah.
"Kenapa sering terjadi seperti ini. Saya sudah sering katakan kepada mereka evaluasi jaringan distribusinya. Agen-agen yang tidak bisa menjawab wilayah dia cabut izinnya. Jangan dibiarkan, kalau seperti ini tidak selesai urusannya," ujar Midji saat ditemui di Hotel Mercure Pontianak, Kamis (31/10).
"Nanti dua bulan genah, gitu lagi. Tidak mungkin saya minta ganti GM (Pertamina)-nya. Ini GM-nya baru dua bulan, ganti lagi. Masalah ini harus betul-betul ditangani dan harusnya dijaga. Kasihan masyarakat sudah antre, biayanya mahal belum lagi di daerah," tambahnya.
Ia mengatakan jika di daerah perkotaan harga gas LPG 3 Kg hanya Rp 16 ribuan, di daerah bisa mencapai Rp25 ribu-Rp30 ribuan. Bagaimana masyarakat bisa hidup sejahtera.
"Saya minta ini betul-betul digenahkan, kalau ada permainan itu cabut saja semuanya," ujarnya.
Ia juga meminta pemerintah daerah harus mengatur dan Pertamina harus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
- Baca: 51 dari 671 Mahasiswa yang Diwisuda Raih Cumlaude, Rektor IKIP PGRI: Jangan Pernah Cepat Puas
- Baca: Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun | Bek Timnas U16 Alfin Lestaluhu Meninggal Dunia, Fakta & Penyebab
"Jangan mentang-mentang dia BUMN lalu seenaknya dia saja. Kalau sudah bermasalah masyarakat ke pemda. Itu yang jadi masalah kita, makanya harus diselesaikan," katanya.
Midji mengatakan dalam hal ini tidak perlu investigasi. Menurutnya, yang harusnya dilakukan adalah menghitung agennya, distributornya, dan pengecernya tanggung jawabnya di area itu berapa.
"Dalam hal ini bukan pengawasan yang kurang tapi alur distribusinya yang harus dievaluasi," katanya.
Sehari setelah pernyataan Midji di akun Instagram-nya, PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VI bersama Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak menggelar operasi pasar elpiji 3 Kg secara bertahap sampai 2 hari ke depan.
Region Manager Comm, Rel CSR Kalimantan, Heppy Wulansari, mengatakan operasi pasar dilakukan dengan sasaran lima lokasi di Kota Pontianak yaitu Pasar Kemuning, Pasar Flamboyan, Pasar Dahlia, Pasar Puring dan Pasar Kenanga Anggrek.
Pada operasi pasar ini, Pertamina menyiapkan 10.640 tabung melalui 12 agen. Selain Kota Pontianak, operasi pasar elpiji 3 Kg juga akan dilaksanakan di Kabupaten Kubu Raya dengan menyiapkan total 6.160 tabung melalui 9 agen.
"Operasi pasar dilakukan untuk memastikan ketersediaan elpiji 3kg di lapangan, dan memastikan pembelinya adalah masyarakat yang berhak atas elpiji subsidi," ujarnya Kamis (31/10).
Selain operasi pasar, Pertamina juga melakukan berbagai upaya untuk memastikan distribusi elpiji 3 kg tepat sasaran. Antara lain sidak berkala dan penertiban pembelian elpiji 3 kg di pangkalan.
"Pertamina telah melakukan sidak ke beberapa rumah makan bersama dengan Diskumdag Kota Pontianak, satpol PP, dan anggota DPRD (28-29 Oktober). Dari sidak ini ditemukan ada 3 lokasi rumah makan mendapatkan 99 tabung elpiji 3 kg yang tidak sesuai peruntukan," tegasnya.
Dari sidak tersebut, rumah makan yang masih menggunakan elpiji 3 kg langsung diminta melakukan penukaran (trade in) ke elpiji nonsubsidi.
Selain rumah makan, bersama dengan Tim Pengendelian Inflasi Daerah (TPID) dan Bappeda, Pertamina berencana melakukan pengecekan ke beberapa tempat untuk memastikan apakah sudah berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya.
"Kami sudah menerapkan untuk pembelian di pangkalan menggunakan KTP, di mana 1 KTP maksimal pembelian dua tabung sehingga tidak ada lagi penimbunan baik penggunaan rumah tangga dan usaha makanan," katanya.
Ia juga mengatakan, saat ini rata-rata konsumsi harian elpiji 3 kg di Kota Pontianak sebanyak 21.480 tabung. Khususnya realisasi penjualan tanggal 29 dan 30 Oktober 2019, masing-masing sebanyak 21.840 tabung dan 21.280 tabung yang disalurkan melalui 248 pangkalan di Kota Pontianak.
Pertamina terus mengimbau masyarakat mampu untuk beralih menggunakan Bright Gas dengan varian elpiji can 220 gram, tabung 5.5 kg, dan 12 kg.
Bright Gas sangat aman dikarenakan teknologi Double Spindle Valve System, lebih ringan dibawa, dan lebih cantik untuk diletakkan di dapur.
"Kami akan terus pantau dalam beberapa waktu ini dengan terus melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Kami akan lakukan operasi pasar lanjutan bila dibutuhkan," kata Heppy.
Masyarakat juga dapat berperan aktif dalam mengawal lancarnya pendistribusian LPG dengan melaporkan kendala yang ditemukan ke contact center 135 atau melalui email pcc@pertamina.com.
PT Darmali Niaga turut melaksanakan operasi pasar bersama Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VI dan Disperindagkop Kota Pontianak yang digelar di Pasar Dahlia Kota Pontianak, Kamis (31/10/2019).
Direktur PT Darmali Niaga, Andi Darmali, ada 560 tabung LPG 3 kg yang disiapkan. Namun jumlah ini akan disesuaikan dengan kondisi. Ia menjelaskan 560 tabung LPG itu merupakan muatan dalam satu truk.
Di luar operasi pasar tersebut, dalam sepekan ada 5 truk yang didistibusikannya dan tidak pernah ada penghentian secara mendadak. Kecuali saat perbaikan Jembatan Kapuas II beberapa waktu lalu, selebihnya berjalan lancar dan normal.
"Penyaluran ini tentunya disalurkan ke pangkalan. Kalau di Pontianak sendiri rata- rata kita salurkan ke 20 pangkalan dan kami menyalurkan ke semua kecamatan di Kota Pontianak," ujar Andi Darmali ditemui saat operasi pasar di Pasar Dahlia.
Ia mengatakan, sebenarnya pihaknya mencegah elpiji ini jatuh ke tangan pengecer karena targetnya langsung ke konsumen rumah tangga. Selain itu, yang boleh memakai adalah usaha mikro yang omsetnya di bawah standar.
Andi mengatakan untuk setiap pangkalan penyaluran gasnya berbeda-beda dilihat dari kepadatan penduduk di daerah tersebut.
Namun jika di area dekat pangkalan elpiji tersebut sepi maka untuk angka penyalurannya kecil. Namun sebaliknya jika penduduknya padat itu pasti pasokannya lebih besar.
"Paling besar kisaran 200 tabung per hari, paling kecil ada yang di supply seminggu sekali sebanyak 160 tabung. Kadang-kadang juga ada 150 tabung per hari, jadi memang disesuaikan dengan kontrak pangkalan," ujar Andi.
Ia mengatakan untuk harga satu tabung elpiji Kg disalurkan sesuai ketetapan Gubernur Kalbar, Rp16.500 ribu.
"Itulah yang diperjuangkan kami dengan operasi pasar ini kita ingin mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga spekulan-spekulan tidak bisa bergerak," ujarnya.
Ia mengatakan sejauh ini untuk pasokan elpiji ke pihak agen selalu lancar dari pihak Pertamina tidak pernah ada pemberhentian secara tiba- tiba.
"Kalau dibilang kelangkaan, sebenarnya karena cenderung permintaan meningkat karena jumlah masyarakat yang semakin bertambah. Ditambah lagi masalah perbaikan tol kemarin. Sehingga keadaan ini membuat masyarakat psiklogisnya agak ketakutan, biasanya membeli 2 tabung menjadi 3 tabung," ujarnya.
Ia mengatakan biasanya untuk para pengecer selalu dicegah dan pihaknya tidak menjual ke pengecer. Namun ada beberapa pengecer yang sering mengaku sebagai warga dan mengatakan ingin membeli untuk pemakaian rumah tangga.
"Kita sebatas hanya bisa memeriksa KTP dan KK. Mengenai diperuntukkan untuk dijual lagi terus terang kita kesulitan, karena datanya dari ibu rumah tangga," ujarnya.
Satu di antara warga, Lina Wati Sutiana, yang sehari-hari menjual bubur di kawasan Sungai Jawimengaku dalam minggu ini susah mendapatkan gas LPG 3 Kg bahkan harus mengantre terlebih dahulu.
Ia mengaku sudah sering mengantre dan jadwalnya mengantre biasanya pada Selasa dan Kamis.
"Waktu Kamis kemarin beli gas tapi tidak ada dan di kasih tahu kalau di sini ada operasi pasar," ujarnya saat antre membeli elpiji pada operasi pasar di Pasar Dahlia Pontianak, Kamis (31/10).
Ia mengaku bahwa sejak sepekan lalu susah mencari elpiji 3 kg, bahkan kadang tidak dapat.
"Kalau tidak dapat biasanya minta langsung ke agen dia bilang tidak ada padahal ada . Tapi orang lain minta di kasinya. Apelah beda kita nih kita sama-saam beli," ujarnya.
Sebelumnya ia mengaku memang sudah biasa antre di pangkalan dengan harga Rp 16.500. Tapi saat di pangkalan tidak ada, ia terpaksa ke pengecer dengan harga Rp 25 ribu.
"Mau tidak mau dibeli lah dari pengecer. Hal kayak gitu bisa di laporkan bahkan ada yang jual Rp 30 ribu," ujarnya.
Lina mengaku tidak mampu jika terus terusan membeli elpiji 3 kg dengan harga seperti itu. Apalagi satu tabung biasanya habis digunakan dalam dua hari. Namun ia merasa bersyukur sebab jualannya sampai saat ini lancar, tapi dengan kondiai gas seperti ini ia merasa berat.
"Rasanya mau ganti gas warna pink, sedangkan gas kayak gini banyak yang ngeluh apa lagi yang tabung pink. Tapi kadang mau tak mau kalau udah langka kita isi yang harga 25 ribu di pengecer dari pada tidak ada sama sekali," ujarnya.
Ia merasa kalau bulan ini elpiji 3 Kg terasa langka dan macet, biasanya ia langaung meminta ke agen. Namun beberapa kali dikatakan bahwa di agen juga tidak ada. Ia mengatakan operasi pasar elpiji 3 kg seperti ini harus sering dilaksanakan untuk masyarakat biar merata.
"Ini masih mending di jatah dua, kadang satu saja susah carinya. Pengambilan tadi juga pakai celup tangan bawa KTP. Sebelumnya belum pernah kayak gini. Tapi bagusnya operasi seperti ini minimal 1 minggu dua kali lebih bagus ," pungkasnya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak