Pengamat Ekonomi, Ali Nasrun: Program Bedah Rumah akan Bagus Apabila Tepat Sasaran

Namun ia katakan program ini bisa saja tidak tepat sasaran pertama apabila informasi dari RT, RW dan desa tersebut tidak akurat.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani
Pengamat Ekonomi Untan, M Ali Nasrun 

Pengamat Ekonomi, Ali Nasrun: Program Bedah Rumah akan Bagus Apabila Tepat Sasaran

PONTIANAK- Pada tahun 2019 Kalbar Mendapatkan Alokasi Bantuan Bedah Rumah Sebanyak 7350 Unit Rumah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

Menanggapi hal ini, Pengamat Ekonomi Universitas Tanjungpura, Ali Nasrun mengatakan jika program ini tepat sasaran maka akan menjadi program yang sangat bagus.

Ia melihat biasanya pembangunan yang dilakukan khususnya pembagunan ekonomi kadang lebih mengangkat masyarakat menengah ke atas seperti perbaikan infrastruktur dan sistem peraturan yang banyak berkaitan dengan orang bisnis yang menegah ke atas.

Baca: Tahun 2019 Kalbar Mendapatkan Alokasi Bantuan Bedah Rumah 7350 Unit Rumah

Baca: Selain Dapat Bantuan Bedah Rumah, Keluarga Lena Juga Dapat Sepeda Namun Digadaikan

Sementara ada segolongan masyarakat paling bawah yang tidak tersentuh oleh kebijakan yang dihebohkan.

Artinya mereka terbelakang.

Kemudian dengan adanya bedah rumah ini berarti secara spesifik menyasar kepada masyarakat menengah kebawah sehingga mengangkat dan mengubah yang tadinya melarat menjadi mempunyai rumah yanh layak huni.

"Ini adalah salah satu bentuk keadilan sosial dari sila ke 5. Jadi pemerintah dan masyarakat harus mengayomi dan membantu masyarakat yang kurang mampu. Kita bangga dengan keberhasilan pembangunan ekonomi tapi kita juga harus menghilangkan yang namanya kemiskinan," ujarnya kepada Tribun Pontianak, Jumat (18/10/2019).

Ia mengatakan negeri ini akan lebih hebat kalau tidak ada lagi orang yang miskin dan kelaparan dan tidak mampu berobat.

Namun ia katakan program ini bisa saja tidak tepat sasaran pertama apabila informasi dari RT, RW dan desa tersebut tidak akurat.

Karena biasanya yang miskin begini tidak di diketahui karena daerah yang pelosok atau jauh dari perkotaan.

"Kalau di bandingkan dengan rumah tidak layak di kota dengan rumah tidak layak di desa mungkin lebih banyak di desa. Kita sering sekali heboh bedah rumah di kota tapi bagaimana di desa yang jauh lebih terpuruk dan kurang tersentuh dan itu di anggap hal yang biasa," ujarnya.

Hal inilah yang menjadi tidak tepat sasaran.

Seharusnya memang mengarah ke daerah terpencil terlebih dahulu baru menuju ke daerah kota.

"Saya rasa 7 ribu masih sangat kecil karena kalau dilihat di daerah desa sepanjang jalan selalu bertemu dengan rumnah sudah tak layak huni. Namun semuanya karena memang keterbatasan dana pemerintah dan memang hal inu harus menjadi perhatian terus menerus kedepannya," ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved