BKSDA Kalbar Putar Otak Fungsikan Suaka Enggang

Apalagi, bangunan yang sudah ada sekarang, tidak berada di habitat burung yang menjadi maskot Kalbar tersebut.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/BELLA
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, Sadtata Noor 

BKSDA Kalbar Putar Otak Fungsikan Suaka Enggang

SINTANG- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta mengakui saat ini pihaknya sedang berpikir keras agar bangunan Suaka Enggang di TWA Hutan Baning Sintang dapat difungsikan.

“Kami masih memutar otak, untuk mengoprasionalkannya,” aku Sadtata kepada Tribun Pontianak belum lama ini.

“Saya rasa semua paham, bagaimana ceritanya (pembangunan suaka enggang),” tambahnya. 

Pemanfaatan bangunan Suaka Enggang diakui Sadtata cukup berat.

Baca: Kondisi Bangunan Sanctuary Enggang Terurus, Tapi Belum Kunjung Difungsikan

Baca: Pemanfaatan Suaka Enggang Terkendala Dokter Hewan dan Petugas

Apalagi, bangunan yang sudah ada sekarang, tidak berada di habitat burung yang menjadi maskot Kalbar tersebut.

“Konsep penyelamatan Enggang, harusnya lanscap. Artinya, kalau mau menyelamatkan Enggang, harus di habitatnya. Sementara (bangunan Suaka Enggang) bukan habitat Enggang. Tantangan saya itu,” ungkap Sadtata.

Persoalan lainnya, Burung Enggang tidak seperti burung lainnya yang banyak dipelihara oleh masyarakat.

Sementara Enggang kata Sadtata yang diselamatkan tidak begitu banyak.

“Hampir orang tidak ada memelihara enggang hidup (karena dilindungi). Kalau orang menangkap enggang, dijual, tangkapan enggang dipotong kepalanya. Itu lah tantangan kami, untuk mengoprasionalkan Suaka Enggang biar bisa menjadi kontrbusi penyelamatan enggang. Kita masih mutar otak, kita masih mengalokasikan waktu membahas dengan mitra, kira apa yang bisa dilakukan,” beber Sadtata.

Pada akhirnya, pemanfaatan Suaka Enggang akan diambil langkah tengah: Memajang foto, paruh burung Enggang sitaan.

“Pada akhirnya suaka enggang tidak berdiri sendiri, kami bangun (Suaka Enggang) konsepnya menyatu dengan TWA Hutan Baning. Minimal kedepan menjadi pusat edukasi. Jadi walaupun tidak ada burung Enggang yang hidup, mungkin berupa foto, atau sitaan potongan kepala enggang, kita ada, nanti di pajang di situ. Jadi nanti tidak berdiri sendiri sebagai suaka,” sebut Sadtata. (*)

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved