Bagi Hasil Ekspor Bauksit Kalbar Turun, Sutarmidji Meradang dan Surati Kementerian ESDM

Saya mohon maaflah kepada pengambil keputusan di Jakarta. Hati dan otak saya tidak bisa membiarkan.

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/YOUTUBE
Gubernur Sutarmidji Sampaikan Kata Sambutan 

Ia khawatir SDA Kalbar habis masyarakat masih miskin dan bisa tambah miskin, oleh karena itu perlu membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

"Belum lagi kita bicara sawit dengan CPO nya. konon katanya Kalbar penghasil CPO terbesar ke dua di Indonesia, tapi bagi APBD tak ada kontribusi," tegasnya

NPWP perusahaan hampir semua terdaftar di DKInJakarta, sehingga PPH perusahaan dan direksinya tidakk dihitung untuk Kalbar.

"Bagi hasil pajak ekspor CPO pun tidak ada, harusnya Menkeu memberi bagian untuk daerah penghasil. Bagi hasil pajaknya, apapun jenisnya, harus mempertimbangkan daerah penghasil," ujar Midji menyinggung kebijakan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang tidak memperhatikan daerah penghasil.

Ditegaskannya kalau tidak ada bagi hasil untuk daerah penghasil, maka infrastruktur akan hancur dan anggaran daerah tidak cukup untuk membangunnya.

Midji mengaku akan segera menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia. Jika mereka setuju, jelas Midji, juga harus membuat surat persetujuan.

"Sekarang di Siduk saja sudah banyak yang sering banjir karena reklamasi tidak ada," ungkapnya.

Ia mempersilahkan aparat hukum menindak seandainya ada yang bermain.

"Kita akan tertibkan karena banyak lahan dikuasai, tapi tidak dilakukan reklamasi. Banyak sekali pemerintah dirugikan," pungkasnya.

Satu di antara perusahaan industri berbasis bauksit di Kalbar yakni PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHWAR). PT WHWAR menjadi satu di antara penyumbang devisa negara. PT WHWAR mampu mengelola dan memurnikan bijih bauksit menjadi alumina yang menghasilkan Smelter Grade Alumina kurang lebih 98,6 persen.

Saat ini, kapasitas produksi yang mampu dihasilkan PT WHW per bulannya mencapai 90 ribu ton. “Aktivitas penjualan produk alumina ke pasar domestik dan manca negara dengan rata-rata produksi kapasitas 90 ribu ton per bulan. PT WHW yang menghasilkan kadar SGA ≥ 98,6 % terus mempertahankan produksi dengan target kapasitas produksi 1 juta ton per tahun,” ujar Head of Corporate Communication PT WHW Suhandi Basri kepada Tribun.

Dijelaskan Suhandi, PT WHW sebagai perusahaan pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara dalam pengolahan dan pemurnian (refinery) bauksit menjadi Smelter Grade Alumina (SGA) telah berhasil berkontribusi ke penerimaan negara sebesar Rp 367 miliar pada 2018 hingga 2019.

“Pencapaian tersebut diperoleh dari penyetoran Pph (Pajak Penghasilan) dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) selama 2018 sebanyak Rp 291 miliar dan 2019 hingga Agustus mencapai Rp 76 miliar,” paparnya.

Saat ini, jelasnya, PT WHW membangun smelter di Dusun Sungai Tengar, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.

Hingga Agustus 2019, PT WHW memberdayakan putra dan putri Kalimantan Barat lebih dari 2.200 orang dari total karyawan 2.286 orang.

“Dengan demikian, maka penyerapan tenaga kerja lokal Kalimantan Barat jumlahnya lebih dari 95 persen dari total karyawan yang ada di WHW,” pungkasnya. 

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved