Lulus Setelah Lima Kali Gagal, Prada Aris Ardianto Bertekad Hajikan Kedua Orangtua
Saya ingin membahagiakan mereka. Dan ingin menaikkan haji kedua orang tua saya
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Jamadin
Menurut bapak tiga ini, perjalanan panjang harus dilalui anaknya tersebut. Lima kali gagal mengikuti tes TNI, tak menyurutkan semangat anaknya. Bahkan ia bersama istrinya tetap terus mendukung dan memberikan semangat ketika anaknya harus merasakan saat-saat rapuhnya kegagalan.
Walaupun hidup dalam keterbatasan yang ada, hanya tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bekerja sebagai kuli bangunan.
Tak pernah menyurutkan niat Muslih, sebagai orang tua untuk terus mendukung keinginan anaknya.
Menurut pengakuan ayah Prada Aris, anaknya tersebut sejak kecil telah bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI. Dengan semangat dan tekad yang kuat, sang anak ingin mengabdi kepada ibu pertiwi.
"Jujur, saya tidak pernah menyangka anak saya menjadi seorang anggota TNI dan saya sangat bangga kepadanya," ujarnya.
Sejak kecil, Muslih selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak keduanya. Tak jarang, seringkali ia bisa bersikap keras kepada anaknya. Begitulah cara ia mendidik hingga anaknya bisa sukses seperti sekarang.
"Dari kelas 4 SD, anak saya sudah diajarkan untuk ikut jejak bapaknya, Supaya anak saya tahu, ini pekerjaan bapaknya. Waktu itu mengaduk semen dan pasir hingga anak saya lulus SMA," ucapnya.
Raut wajah penuh bangga, tergambar jelas. Bahkan ia pun merasa terharu melihat kegigihan anaknya itu hingga mampu berdiri diatas kaki sendiri.
Namun, dibalik semua itu. Muslih selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bernasib sepertinya. Ia bahkan meminta anaknya, dapat berpendidikan lebih tinggi dibanding kedua orang tuanya.
"Tapi saya selalu mewariskan kepada anak saya, jangan bernasib seperti bapaknya, hanya kuli bangunan. Anak saya harus memperbaiki masa depannya," terangnya.
Bahkan, Muslih dari dulu hingga saat ini, tak henti-hentinya berpesan agar anaknya jangan pernah meninggalkan ibadah salat, mengaji dan senantiasa menjaga kesehatan.
Tak hanya Muslih,sang istri pun mengaku bangga anaknya menjadi abdi negara, walaupun terkadang ada selaksa rindu yang datang silih berganti berharap dapat bertemu.
"Yang terpenting anak saya tetap ingat kepada saya, itu sudah cukup. Namun kalau ada waktu luang, alhamdulillah biasa menelpon. Komunikasi tetap terus terjalin," ungkapnya sesekali tersenyum simpul.
Baca: Terkait Bantuan Beasiswa Pendidikan Siswa SMA/SMK Negeri, Ini Tanggapan Garuda Wiko
Lain halnya dengan Suratinah. Sebagai seorang ibu, ia menuturkan, karakter sang suami yang disiplin dan tegas terhadap anak-anaknya. Menjadikannya, ia harus mampu menjadi penyeimbang di dalam rumah tangga.
"Ketika bapak keras sama anak-anak, saya pasti mencairlan suasana, melunakkan hati. Sang anak selalu berlindung kepada saya," ucapnya.