AMAN Kalbar Sebut Pernyataan Pak Wiranto Tentang Peladang dan Karhutla Tidak Berdasar
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalimantan Barat (Kalbar) angkat bicara mengenai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Madrosid
AMAN Kalbar Sebut Pernyataan Pak Wiranto Tentang Peladang dan Karhutla, Tidak Berdasar
SINGKAWANG - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalimantan Barat (Kalbar) angkat bicara mengenai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang mengenai peladang dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Berikut pernyataan yang disampaikan Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
Kalimantan Barat, Dominikus Uyub.
Jika para peladang tidak lagi berladang karena menjadi tim pemadam api dengan mendapat gaji dari pemerintah, otomatis tidak ada lagi api yang bersumber dari peladang.
Lalu, api siapa yang akan dipadamkan oleh tim pemadam kebakaran itu?
Kedua, jika para peladang buka ladang dgn tidak bakar ladangnya karena teknologi melalui bapak asuh dari korporasi, apakah ada korelasinya dengan tim pemadam api dari masyarakat peladang dengan asap dan api yang muncul setelah tidak ada lagi peladang bakar ladang bahkan tidak berladang?
Baca: Soroti Masalah Karhutla, Bambang Haryo: Salah Satu yang Paling Buruk adalah di Pekanbaru Riau
Baca: Wiranto Mohon Dukungan Doa Masyarakat Agar Aparat Bisa Menjaga Bangsa dan Negara
Baca: Polsek Lumar Gelar Koordinasi dengan PT PML Tanggulangi Bencana Karhutla
Jika ada korelasinya, maka bisa diduga bahwa kebakaran lahan berasal dari korporasi yg buka lahan dengan cara bakar.
Dengan begitu, apakah pernyataan Pak Wiranto adalah solusi?
Saya pikir ini bukan solusi, tapi mimpi di siang hari.
Secara budaya, bukankah pemikiran seperti ini akan membuat masyarakat adat secara perlahan-lahan meninggalkan bahkan melupakan tradisi dan ritual yang menjadi bagian dari kebudayaannya akan punah? Jawabannya, iya, punah.
Dari sisi ekonomi. Pertanyaannya, jika gaji yang diberikan kepada peladang karena tidak lagi berladang hanya semata-mata dihitung dari sekian kilo beras perbulan kepada setiap KK peladang, maka dipastikan bahwa peladang akan menderita.
Kenapa? Dalam ladang tidak hanya semata-mata dintanam padi, juga ada sejumlah sayuran dan tanaman buah buahan. Ingat, bahwa usaha petani tidak hanya padi, ada sayuran sayuran dll, buah buahan sebagai bentuk investasi jangka panjang untuk anak cucu yang sulit diukur dan dihitung begitu saja.
Alangkah bijaknya pemerintah jika mau mencari solusi harus duduk bersama dengan para peladang, pakar ladang dll, memikirkan secara bersama sama apa solusi yg tepat secara bersama-sama, baru kemudian membuat keputusan.
Saya menduga, bahwa dasar pemikiran seperti yang disampaikan oleh Pak Wiranto adalah meniadakan kebiasaan berladang dan menyuburkan para korporasi berjaya, bahkan berjaya dalam membakar lahannya, karena ada tim pemadam kebakaran yang pasukannya dari para peladang yg digaji oleh pemerintah dan bahkan peladang yg diangkat oleh korporasi menjadi anak angkatnya.
Intinya, bahwa pernyataan bapak Wiranto adalah sangat tidak berdasar dan malah menuai kritik pedas dari seluruh peladang tradisional di seluruh indonesia, terutama dari Kalimantan.
Karena itu, Pak Wiranto segera mengambil sikap kesatria sebagai seorang purnawirawan bertemu dengan para peladang tradisional untuk menjelaskan kembali apa maksud dibalik pernyataannya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak