Harrison: Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun 2018 di Kalbar Mencapai 23,8 Persen
Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada Tahun 2018, gizi buruk dan gizi kurang pada bayi umur lima tahun di Kalimantan Barat
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
Harrison: Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun 2018 di Kalbar Mencapai 23,8 Persen
PONTIANAK - Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada Tahun 2018, gizi buruk dan gizi kurang pada bayi umur lima tahun di Kalimantan Barat mencapai angka 23,8 persen.
Angka tersebut masih tinggi bila dibandingkan dengan target RPJMN yang seharusnya hanya mencapai 19 persen.
Terkait hal ini Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harrison menjelaskan bahwa status gizi balita provinsi Kalbar berdasarkan Riskesdas 2018 terbagi menjadi tiga bagian yaitu Underweight ( gizi kurang) di Kalbar mencapai 23.8 persen, Stunting 31,4 Persen, dan Wasting 14,3 persen.
"Untuk underweight di Kalbar menurut Riskesdas tahun 2018 itu ada 23, 8 persen, dari 23,8 persen itu yang gizi buruknya ada 5,4 persen dan gizi kurang 18,5 persen. Sementara gizi buruk nasional angkanya 3,9 persen, gizi kurang 13,8 persen. Jadi untuk Nasional jumlah Underweight hanya mencapai 17, 7 persen," ujarnya saat ditemui di Ruang kerjanya,senin (2/8/2019).
Baca: Sutarmidji Harap Ada Sinergitas Program Penangan Stunting dan Gizi Buruk di Kalbar
Baca: Laksanakan Perintah KPK, Harap Pensiunan ASN Kembalikan Aset Daerah
Baca: Empat Orang Balita Sungai Limau Kubu Raya Terindikasi Gizi Kurang
Berdasarkan batasan masalah dan menurut target RPJMN Perpalensi underweight 2018 harusnya 19 persen . Sedangkan kalau menurut batasannya masalah menurut perpalensi menurut WHO 10 persen.
Sementara underweight di Kalbar mencapai 23,8 persen yang artinya Kalbar belum mencapai target RPJMN .
Namun Pencatatan gizi buruk juga dilakukan melalui Eletronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e- PPGBM).
E - PPGBM merupakan aplikasi pencatatan dan pelaporan yang digunakan mencatat data sasaran individu dan penimbangan atau pengukuran sehingga bisa diketahui langsung bila ada balita yang bermasalah dengan status gizinya.
Dari aplikasi itu gizi buruk dan gizi kurang di Kalbar sebesar 19 persen. Angka itu sama dengan target RPJMN yakni 19 persen.
"E-PPGBM ini didapat atas laporan oleh petugas puskesmas kepada dinas kesehatan dan dinas kesehatan melaporkan ke kita dan basisnya dari posyandu. Berdasarkan data E-PPGBM ini gizi kurang dan buruk di Kalbar ada 19 persen sesuai dengan RPJMD lebih kecil dari data Riskesdas ," ujarnya.
Ia mengatakan jadi ada dua data yang digunakan dan menjadi acuan. Kalau menurut kementrian menggunakan data Riskesdas.
"Untuk Riskesdes datanya menggunakan sampel kalau EPPGBM menggunakan semua populasi," ujarnya.
Ia mengatakan gizi buruk bisa terjadi karena kurangnya pendidikan dan keterampilang orang tua terhadap pola asuh anak dan masih banyak keluarga yang tidak mengerti pentingnya gizi bagi pertumbuhan seorang anak.
Ia juga mengatakan bahwa permasalahan gizi buruk tidak semata-mata berkaitan dengan faktor ekonomi.
“Kami (Dinkes) selalu melatih bagaimana petugas gizi bagaimana memberdayakan keluarganya agar memahami bagaimana asupan makanan yang baik,” ujarnya.
Faktor lainnya disebabkan penyakit infeksi. Sementara penyakit itu sangat dipengaruhi kesehatan lingkungan. Ia mencontohkan akses keluarga terhadap air bersih.
Kemudian kesehatan lingkungan juga berkaitan dengan akses pada sanitasi. Sanitasi yang tidak baik bisa menjadi sumber penyakit.
Horrison mengakui daerah-daerah di Kalbar yang angka gizi buruk dan gizi kurang tinggi berkaitan dengan akses air bersih dan sanitasi yang belum baik.
"Pemerintah kabupaten/kota sangat berperan besar untuk memperbaiki kualitas air dan sanitasi. Meski demikian untuk pembangunan lingkungan yang sehat perlu kerjasama lintas sektoral," pungkasnya.
Cek 10 Berita Pilihan Tribun Pontianak di Whatsapp Via Tautan Ini: Tribun Pontianak Update