SDN 12 Tekam Kekurangan Siswa, Kelas 1 Hanya Ada Cahyo yang Mendaftar
itu mau dibahas kemanapun tidak bisa katanya, karena bangunan sudah ada, tapi muridnya yang tidak ada
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Jamadin
"Kalau dulu, anak-anak dari Moton banyak yang sekolah disini, sekarang sudah ada sekolah swasta didekat sini, dan mereka menerima murid yang usianya dibawah 6 tahun, kalau kitakan sesuai dengan peraturan, ada batasan umur disitu," ungkapnya.
Meski jumlah siswanya sedikit kata dia, semangat mengajar kami disini tidak pernah lemah, karena memang itu tugas kami, kalau tidak percaya buktinya sekolah ini tetap bertahan sampai saat ini dengan kondisi seperti ini, murid satu dua orang saja.
"Terkait wacana sekolan ini akan ditutup, itu hanya omongan orang bawah saja, kita ada sampaikan ke Kepala Dinas jaman Pak Zulkifli Salim, dan memang masalahnya waktu itu bukan karena persaingan, karena situasional nya seperti ini," katanya.
Dia menjelaskan, bahwa usia produktif banyak yang ikut program KB, jadi anak-anak yang usia sekolah itu tidak ada, kalau itu kita tinggalkan (menerima murid usia dibawah enam tahun), undang-undang sistem pendidikan nasional mau bagaimana.
"Kalau seandainya sekolah ini mau ditutup, masyarakat juga pasti akan protes, setiap tahun PPDB selalu dibuka. Setiap tahun kita rapat komite selalu kita sampaikan, bahwa kendala kita adalah murid, tapi tetap tidak ada yang masuk kesini, karena memang anaknya tidak ada," katanya.
Cahyo, sebagai murid kelas satu di SDN 12 Tekam satu-satunya ketika diwawancarai Tribun mengatakan dia tetap akan bersekolah disitu, karena dekat dengan rumah dan dia mengaku senang. Meski tidak banyak teman, dia mengaku akan terus melanjutkan belajar di situ.
Sama halnya dengan Cahyo, Ica (11) murid kelas enam, juga mengatakan hal serupa, dia bertahan disekolah itu karena lokasi rumah tempat tinggalnya tidak jauh dari sekolah.
Hal itu tentunya singkron dengan pernyataan Kepala Sekolah yang mengatakan bahwa siswa mereka hanyalah warga sekitar, dan sekolah lain jaraknya juga jauh.
Bahkan ketika Tribun mewawancarai warga setempat, mereka juga menuturkan hal serupa. Seperti yang dikatakan Muhammad Agus (40) mengatakan dia memilih memasukkan anaknya ke SDN 12 Tekam ketimbang harus mengantar anaknya sekolah jauh di Desa Sejegi.
Saat ini, hanya ada enam orang tenaga guru PNS dan dua orang honorer di situ, dimana setiap hari mereka selalu menjalankan tugas demi menunaikan kewajiban mereka.