SDN 12 Tekam Kekurangan Siswa, Kelas 1 Hanya Ada Cahyo yang Mendaftar

itu mau dibahas kemanapun tidak bisa katanya, karena bangunan sudah ada, tapi muridnya yang tidak ada

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ Ya'M NURUL ANSHORY
Cahyo (12) siswa kelas satu, bersama Kepala Sekolah SDN 12 Tekam saat sedang belajar sendiri diruang kelas, Kamis (15/8/2019). 

 SDN 12 Tekam Kekurangan Siswa, Kelas 1 Hanya Ada Cahyo yang Mendaftar

MEMPAWAH -Sekolah Dasar Negeri 12 Tekam, Kecamatan Mempawah Timur, yang berlokasi di Dusun Tekam, Kabupaten Mempawah tahun ini hanya menerima satu orang siswa yang mendaftar di kelas satu yakni Cahyo (6).

Hal itu dikarenakan warga Dusun Tekam yang usia produktif tidak ada yang memiliki anak usia sekolah.

Menurut Kepala Sekolah SDN 12 Tekam, Siswoyo, hal itu disebabkan karena suskesnya program Keluarga Berencana yang diterapkan oleh Puskesmas di Dusun Tekam. Selain itu juga, meski di Tekam ada 64 Kepala Keluarga (KK) tidak semuanya mendaftarkan anaknya ke SDN 12, ada yang sekolah diluar, asa yang masuk sekolah swasta yang tidak jauh dari situ ada juga yang memang warganya sudah pindah ke Kota Mempawah.

Siswoyo mengatakan, banyak warga Dusun Tekam yang pindah ke Kota Mempawah atau daerah lain sebab disitu kerap kali dilanda banjir, hampir setiap musim di kampung itu terendam banjir yang cukup dalam, hal itulah yang menurut dia membuat warga masyarakat enggan bertahan di kampung itu.

Baca: Sekda Perintahkan Satpol PP untuk Imbauan Warga Pasang Bendera Merah Putih

Baca: VIDEO: Paskibraka Kota Pontianak Persembahkan Tarian Lancang Kuning

"Kepada pemerintah saya mohon agar dipenuhi fasilitas masyarakat disini, agar mereka punya semangat untuk tinggal di kampung ini, tidak pindah keluar. Karena sekarang yang membuat masyarakat resah dan pidah keluar itu karena faktor alam yakni banjir," ujar Siswoyo, saat diwawancarai Tribun, Kamis (15/8/2019) pagi.

Jadi kata dia, banjir itulah yang membuat masyarakat banyak yang keluar dari kampung Tekam ini, sehingga usia-usia produktif yang sekarang ada, itu tidak menghasilkan anak-anak usia sekolah, karena program KB nya berhasil disini. Selain itu, kita mungkin saja bisa bekerjasama dengan Puskesmas terdekat yang membina KB ini.

"Kemudian kepada masyarakat saya harapkan agar memasukan anak-anak mereka yang usia sekolah agar masuk ke SD 12 Mempawah Timur. Anak usia sekolah disini memang sedikit, dulu pernah juga kita terima cuma satu siswa, sekarang anaknya sudah kelas tiga," tutur Siswoyo.

Siswoyo mengungkapkan, bahwa tahun lalu mereka mendapat enam siswa, sekarang hanya dapat satu siswa, tapi meskipun begitu, kegiatan belajar mengajar tetap berjalan seperti biasanya, mau siswanya satu orang, ngajarnya tetap sampai selesai, kata dia.

"Seolah-olah kita ini ngajarnya seperti privat, sekarang ini, siswa kelas satu ada satu orang, kelas dua enam orang, kelas tiga, tiga orang, kelas empat tiga orang, kelas lima tiga orang, kelas enam, enam orang, jadi totalnya 23 orang," jelas  Siswoyo

Baca: HUT ke 74 Tahun, Ini Kegiatan Rutan Klas IIB Putussibau

Pria yang sudah menjadi Kepala Sekolah di SDN 12 Tekam sejak 2016 itu mengatakan, sebenarnya ini sudah mereka sampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan sebelum Firman Juli, yang mana waktu itu Pak Zulkifli Salim.

"Bahwa kalau di Tekam ini masalahnya situasional, itu mau dibahas kemanapun tidak bisa katanya, karena bangunan sudah ada, tapi muridnya yang tidak ada," ucapnya.

Kecuali kata dia, disini ada sama-sama SD yang berdekatan, ini bisa di grouping, jadikan satu sekolah, jadi SD yang tidak ada muridnya itu ditutup. "Tapikan kendala kita disini lokasinya jauh, SDN 4 jauh, SDN 3 apalagi lebih juah, SDN 19 Telayar mau dibawa siswanya sekolah kesini juga jauh," imbuhnya.

Dia menjelaskan lagi, bahwa sistem zonasi yang diterapkan pemerintah tidak mempan disi SDN 1w Tekam, karena penduduknya hanya sekitar-sekitar situ saja, awalnya sekitar 68 KK sekarang sudah banyak yang pindah sisa 64 KK.

Ditambah lagi kata dia, warga sekitar sekolah ini yang usia produktif sangat sedikit, dan ini terjadi bukan hanya tahun ini saja, setiap tahun muridnya memang sedikit, karena memang tidak bisa di apa-apakan lagi.

"Kalau dulu, anak-anak dari Moton banyak yang sekolah disini, sekarang sudah ada sekolah swasta didekat sini, dan mereka menerima murid yang usianya dibawah 6 tahun, kalau kitakan sesuai dengan peraturan, ada batasan umur disitu," ungkapnya.

Meski jumlah siswanya sedikit kata dia, semangat mengajar kami disini tidak pernah lemah, karena memang itu tugas kami, kalau tidak percaya buktinya sekolah ini tetap bertahan sampai saat ini dengan kondisi seperti ini, murid satu dua orang saja.

"Terkait wacana sekolan ini akan ditutup, itu hanya omongan orang bawah saja, kita ada sampaikan ke Kepala Dinas jaman Pak Zulkifli Salim, dan memang masalahnya waktu itu bukan karena persaingan, karena situasional nya seperti ini," katanya.

Dia menjelaskan, bahwa usia produktif banyak yang ikut program KB, jadi anak-anak yang usia sekolah itu tidak ada, kalau itu kita tinggalkan (menerima murid usia dibawah enam tahun), undang-undang sistem pendidikan nasional mau bagaimana.

"Kalau seandainya sekolah ini mau ditutup, masyarakat juga pasti akan protes, setiap tahun PPDB selalu dibuka. Setiap tahun kita rapat komite selalu kita sampaikan, bahwa kendala kita adalah murid, tapi tetap tidak ada yang masuk kesini, karena memang anaknya tidak ada," katanya.

Cahyo, sebagai murid kelas satu di SDN 12 Tekam satu-satunya ketika diwawancarai Tribun mengatakan dia tetap akan bersekolah disitu, karena dekat dengan rumah dan dia mengaku senang. Meski tidak banyak teman, dia mengaku akan terus melanjutkan belajar di situ.

Sama halnya dengan Cahyo, Ica (11) murid kelas enam, juga mengatakan hal serupa, dia bertahan disekolah itu karena lokasi rumah tempat tinggalnya tidak jauh dari sekolah.

Hal itu tentunya singkron dengan pernyataan Kepala Sekolah yang mengatakan bahwa siswa mereka hanyalah warga sekitar, dan sekolah lain jaraknya juga jauh.

Bahkan ketika Tribun mewawancarai warga setempat, mereka juga menuturkan hal serupa. Seperti yang dikatakan Muhammad Agus (40) mengatakan dia memilih memasukkan anaknya ke SDN 12 Tekam ketimbang harus mengantar anaknya sekolah jauh di Desa Sejegi.

Saat ini, hanya ada enam orang tenaga guru PNS dan dua orang honorer di situ, dimana setiap hari mereka selalu menjalankan tugas demi menunaikan kewajiban mereka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved