Beban BPJS Kesehatan Membutuhkan Bantuan Millenial
BPJS Kesehatan yang diduga mengalami defisit hingga 28 triliun rupiah ini turut menyedot perhatian dari publik, khususnya dari Tokoh Milenial, Arief R
Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Ishak
“NHS saja mengalami defisit,padahal sistem ini adalah sistem jaminan kesehatan terlama di dunia. Apalagi BPJS Kesehatan yang baru berusia lima tahun,” lanjutnya.
Baca: Kejar UHC, BPJS Kesehatan Pontianak Akan Koordinasi dengan Tiga Dinas
Baca: HUT ke-51, BPJS Kesehatan Gelar Kompetisi Hackathon
Lulusan magister Kebijakan Kesehatan UI ini melanjutkan bahwa BPJS Kesehatan ini perlu dicarikan solusi bersama, utamanya melibatkan lintas sektor kementerian, dan utamanya para milenial.
“Saya percaya BPJS Kesehatan ini perlu pengawasan dari banyak pihak, utamanya milenial dalam menciptakan good governance dalam memberantas fraud. Semisal bagaimana kita menciptakan start-up atau menggunakan media sosial dalam pengawasan BPJS Kesehatan,” lanjut Arief.
Lanjutnya, bahwa BPJS Kesehatan ini sangat penting dalam membangun bonus demografi, karenanya inisiatif dari milenial akan sangat diperlukan dalam menyelesaikan problematika yang dialami oleh BPJS Kesehatan.
Terlebih menurutnya, bahwa hasil temuan BPS tahun 2018 menemukan bahwa dari 100 pemuda yang memiliki BPJS Kesehatan, 67 orang masih PB atau ditanggung oleh pemerintah. Menurutnya itu perlu ditelisik dan ditelusuri lebih jauh, karena menurutnya milenial perlu produktif dan tidak membebani negara.
“Pelayanan BPJS Kesehatan ini sangat dibutuhkan untuk menyambut bonus demografi ini. Di mana penyakit-penyakit terkait industri 4.0 semakin merebak. Sebut saja penyakit mental dan PTM (Penyakit Tidak Menular). Maka dari itu kita sesama milenial perlu menjaga platform ini,” ujarnya. (*/dan)