Yusniardi Ingin Ubah Stigma Masyarakat dengan Kelor Sumber Manfaat

Pertama kali, ia mencoba dengan jambu biji miliknya yang saat itu terserang oleh kutu.

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ SEPTI DWISABRINA
  Pemilik budi daya daun kelor, Yusniardi di kediamannya, Kamis (25/7/2019) 

Yusniardi  Ingin Ubah Stigma Masyarakat dengan Kelor Sumber Manfaat

KUBU RAYA  -Pembudidaya daun kelor, Yusniardi (42) berasal dari Sungai Rengas, Kubu Raya (KKR), Kalbar mengaku sudah membudidayakan daun kelor sejak dua tahun terakhir.

Pada tahun 2010, saat menempuh pendidikan kuliah di Jawa, ia mulai mengenal daun kelor. Kala itu, ia sedang mendapat tugas mencari pakan yang cocok untuk ternak kambing.

"Pada saat itu, sambil mencari kira-kira pakan apa yang cocok untuk ternak kambing, browsing-browsing di internet, diantaranya dapat kelor, tapi karena tugas kuliah, (jadi) diabaikan dulu," ungkapnya ketika di temui wartawan Tribun di ruko milikknya, Kamis (25/07/2019).

Di tahun berikutnya, tahun 21015 ia berkesempatan bertemu dengan pengembang daun kelor indonesia, Dudi Krisnadi asal Blora, Jawa Tengah.

"Sebenarnya kenal beliau itu sudah lama, (namun) katemu tatap mukanya tahun 2015, beliau pameran di Lawang Sewu, Semarang," tuturnya.

Baca: BPN Kalbar Targetkan Pendataan 230 Ribu Bidang Tanah dan Menerbitkan 173 Sertifikat

Baca: Dapur Rumah Warga Sungai Kakap Terbakar

Dari pengembang indonesia itulah, ia mengetahui manfaat luar biasa dari daun kelor tidak hanya untuk pakan ternak. Berdasarkam riset, daun kelor itu bisa untuk makanan konsumsi manusia, pakan ternak, pupuk cair dan kosmetik.

"2015 saya pulang, saya bawa bibit daun kelor, tapi saya tidak apa-apakan, tidak saya tanam,artinya sebagai pengetahuan," imbuhnya.

Hal berbeda terjadi di awal tahun 2016, ia mendapat cobaan, anak laki-lakinya, waktu itu berusia 7 bulan menderita sakit yang mengakibatkan daya tahan tubuhnya melemah dan sang anak pun harus berulang kali berobat kerumah sakit.

"Saya mendapat cobaan dari Allah, anak saya yang laki-laki sakit. Sakitnya dia itu imunnya rendah, drop betul. Satu bulan bisa beberapa kali masuk rumah sakit, puluhan kali lah, saat usianya masih kecil," ujar bapak empat anak ini.

Ia menilai obat dokter berdampak kurang baik terhadap anaknya, sehingga ia mulai fokus melakukan riset tentang daun kelor untuk sehingga menjadi alternatif agar anaknya dapat sembuh.

Dari segi pengobatan alternatif herbal, kemudian di pupuk cair juga, daun kelor ini telah terbukti khasiatnya. Pertama kali, ia mencoba dengan jambu biji miliknya yang saat itu terserang oleh kutu.

Ketika daun-daunnya mulai kering dan mati, ia langsung menyemprotkan ekstrak dari daun kelor tersebut. Sepuluh hari kemudian daun jambu biji pun mulai tumbuh subur.

"Pembudiyaan daun kelor sangat mudah dan tidak cerewet. Namun tidak boleh terendam air, jika terendam air, akan mati dia. Kelor ada umbinya (Korteks), jika itu terendam air dan membusuk, (tanaman) akan mati," jelasnya.

Baca: Pemkab Kayong Utara Gelar Bursa Inovasi Desa, Ini Penjelasan Hermanto

Dikarenakan jumlah bahan baku daun kalor sangat terbatas, maka tidak banyak yang bisa di produksi. Sehingga yang menjadi fokus utama adalah untuk konsumsi sehari-hari.

Di masyarakat sendiri, masih ada kekeliruan yang terjadi, seperti dalam proses pengolahan daun kelor menjadi sayuran. Di mana, masyarakat belum menerapkan metode untuk mengunci nutrisi.

Daun kelor ini tidak boleh dipanaskan dengan suhu diatas 50° celcius agar tidak rusak. Alangkah lebih baiknya berada di suhu ruangan maksimal 35° celcius agar nutrisi tetap terjaga.

Situs Organisasi Pangan Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan, tanaman Moringa Oleifera (Kelor) memiliki banyak kandungan gizi. Daun, biji, kulit hingga akarnya memiliki guna yang baik untuk kesehatan manusia, ternak dan lingkungan.

Kandungan nutrisi daun kelor adalah sebanyak 100 gram terdiri dari 92 kalori energi; 6,8 gram protein; 1,7 gram lemak; 12,5 gram karbohidrat; dan 0,9 gram serat. Daun kelor juga mengandung beberapa jenis vitamin yang penting.

Meskipun dengan banyak kandungan nutrisi yang baik, masih ada masyarakat yang menganggap daun kelor bagian dari hal-hal mistis, dan ini tidak dapat di pungkiri.

"Yang mengatakan bahwa kelor itu superfood bukan kita tapi PBB, FAO dan PBB sudah meneliti bahwa kelor itu bisa dijadikan pangan untuk nutrisi. Kelor ini memiliki segudang manfaat, sangat banyak yang masih bekum tahu," terang Yusniardi

Tujuan awal adalah mengedukasi masyarakat terlebih dahulu dan edukasi tersebut tidak hanya berupa teori namun juga praktek, bagaimana cara menanam dan mengelolanya dengan menjadi berbagai olahan.

Daun kelor dapat tumbuh subur di bawah paparan sinar matahari. Sehingga menghasilkan warna hijau yang pekat. Jika ingin mengambil daun kelor, harus sebelum pukul 10 pagi dan sesudah pukul 3 sore. Karena diantara jam 10 dan jam 3 masih menghasilkan sinar ultraviolet.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menanam daun kelor di masing-masing rumah tangga dan bisa di panen sewaktu-waktu. Yang kemudian selain untuk sayur juga dapat dioleh menjadi bubuk teh, sirup, pupuk cair organik dan kosmetik kecantikan.

Jika ada masyarakat yang ingin membudidayakan daun kelor dapat menghubunginya untuk mengetahui proses budi daya daun kelor seperti di kebun miliknya.(mg2)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved