IAR Indonesia Lepasliarkan Lima Individu Orangutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Adapun untuk pelepasliaran ini, IAR Indonesia memilih lima individu orangutan yang dinilai telah siap untuk diantarkan pulang ke habitatnya.
Keesokan paginya, 28 Juni 2019, tim kembali melakukan perjalanan menuju titik pelepasan yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan berjalan kaki untuk mengantarkan pulang kelima individu ini ke rumah baru mereka.
Kegiatan pelepasliaran kali ini sangat menarik, karena baru pertama kali inilah, IAR Indonesia juga melibatkan kaum perempuan dari dusun setempat untuk menjadi porter yang mengangkut logistik dan perlengkapan para peserta tim pelepasliaran.
Mereka mengangkutnya ke dalam keranjang tradisional dari bahan rotan yang dinamakan tengkalak dalam bahasa Dayak Ransa.
Perjalanan para porter wanita ini bergabung bersama para porter pria yang membawa lima kandang berisi orangutan yang masing-masing memiliki berat antara 100 hingga 150 kg.
Perjalanan ini memakan waktu hingga lima jam menuju Kamp Teluk Ribas. Keesokan harinya, tim melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju titik pelepasan.
Keterlibatan masyarakat setempat menjadi pengembangan yang terus dilakukan IAR Indonesia dalam program-programnya.
Kali ini, dengan melibatkan kaum perempuan, IAR Indonesia berupaya untuk bisa lebih membantu ekonomi masyarakat.
Perempuan sebagai sosok yang berperan penting dalam mengatur perekonomian rumah tangga, merupakan pihak yang perlu dilibatkan dalam kegiatan konservasi.
Dengan pemasukan tambahan ini, kaum perempuan di dusun penunjang di TNBBBR bisa menggunakannya untuk keperluan kesehatan atau pendidikan anak-anak mereka tanpa harus mencari pemasukan tambahan dari kegiatan yang berisiko merusak alam.
“Kegiatan pelepasliaran ini tidak hanya fokus pada penyelamatan orangutan tetapi juga bertujuan untuk membantu manusia. Anggota tim monitoring orangutan, kuli angkut, juru masak, dan semua orang yang terlibat dalam kegiatan pelepasliaran ini juga mendapatkan penghasilan alternatif yang dapat menggantikan pemasukan yang biasa mereka dapatkan dari pembalakan liar dan membantu melestarikan hutan," ujar Direktur Program IAR Indonesia, Karmele Llano Sanchez.
"Khususnya ketika bekerja dengan wanita, terutama kepada para wanita super ini yang telah membantu kami pada pelepasliaran ini, mereka akan pulang ke rumah dengan penghasilan tambahan untuk membantu keluarga mereka. Memberdayakan perempuan adalah salah satu cara paling efektif untuk menyelamatkan hutan," timpal Karmele Llano Sanchez.
"Kami percaya bahwa peran perempuan dalam konservasi sangat penting dan mata pencaharian alternatif yang mencakup perempuan harus dipromosikan,” katanya.
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dipilih menjadi tempat pelepasliaran orangutan karena hutannya yang masih alami dan bagus.
Survei dari tim IAR Indonesia juga menunjukkan jumlah pohon pakan orangutan yang berlimpah.
Selain itu statusnya sebagai kawasan taman nasional akan lebih mampu menjaga orangutan ini dan habitatnya sebagai kawasan konservasi.
Dari kajian yang pernah dilakukan juga oleh tim ahli dari IAR Indonesia, di lokasi TNBBBR resor Mentatai yang menjadi lokasi pelepasliaran orangutan, tidak ditemukan keberadaan orangutan dan dinyatakan orangutan wilayah ini telah punah dalam 20-30 tahun terakhir.
Oleh karena itu, upaya untuk pelepasan orangutan sangat penting sekali.
Sampai saat ini IAR Indonesia telah melepaskan 41 orangutan di TNBBBR sejak tahun 2016.
Orangutan yang dilepaskan merupakan orangutan hasil rehabilitasi, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk melakukan pemantauan perilaku dan proses adaptasi orangutan ini di lingkungan barunya.
Tim monitoring yang terdiri dari warga desa penyangga kawasan TNBBBR ini akan mencatat perilaku orangutan setiap dua menit dari orangutan bangun sampai tidur lagi setiap harinya.
Proses pemantauan ini berlangsung selama satu hingga dua tahun untuk memastikan orangutan yang dilepaskan bisa bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, Sadtata Noor Adirahmanta mengatakan kegiatan penyelamatan satwa liar, baik translokasi maupun rehabilitasi, memang harus terus dilakukan tanpa lelah.
"Dalam hal ini, kami memberikan apresiasi sebesar besarnya kepada para mitra atas partisipasi dan kontribusinya. Namun demikian, hal ini belumlah cukup," ujarnya.
Ada tugas lebih besar lagi yang harus diupayakan bersama-sama secara terus menerus, yakni mengubah mindset masyarakat dalam memandang satwa liar.
"Mari kita gencarkan kampanye dan pendidikan konservasi secara masif terutama kepada generasi muda agar ke depan lebih peduli pada konservasi lingkungan dan satwa liar,” kata Sadtata.
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Agung Nugroho mengatakan sebagai lokasi pelepasliaran orangutan, kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) harus dijaga agar orangutan yang dilepasliarkan dapat membentuk populasi baru sehingga orangutan tetap lestari.
"Untuk itu perlu dukungan dari berbagai pihak untuk ikut menjaga kawasan taman nasional sebagai habitat orangutan, karena Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak dapat bekerja sendiri,” kata Agung Nugroho. (*)
Lebih dekat dengan kami, yuk follow akun Instagram (IG) Tribun Pontianak :