Bank Sampah Jadi Konsep Menabung Warga Yang Berbeda Bentuk

Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering yang dipilah dan memiliki manajemen layaknya perbankan

Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MIA MONICA
Pengelola Bank Sampah Palm Asri, Aida saat berada di Bank Sampah Palm Asri Kelurahan Pal V Kota Pontianak, Jumat (21/6). MIA MONICA 

Bank Sampah Jadi Konsep Menabung Warga Yang Berbeda Bentuk

PONTIANAK - Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering yang dipilah dan memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.

Warga yang menabung pun disebut sebagai nasabah karena sama halnya dengan bank biasa yang memiliki buku tabungan.

Di Kota Pontianak sendiri sudah ada beberapa bank sampah, satu di antaranya Bank Sampah Palm Asri yang berada di Kelurahan Pal V Kota Pontianak.

Pengelola bank sampah Palm Asri, Aida mengatakan sejauh ini bank sampah berjalan dengan lancar dan cukup membantu warga sekitar.

“Sejauh ini lancar, bank sampah disini operasionalnya dari Senin sampai Kamis, terus hari Sabtu, dari jam 3 sore sampai jam 5 sore,” ujarnya kepada Tribun Pontianak, Jumat (21/6).

Baca: Pengurus BUMDes Sekadau Study Banding ke Jawa Tengah dan Yogyakarta

Baca: Direktur RSUD dr Soedarso Nyatakan Perbaikan Layanan Terus Berjalan

Baca: FOTO: Penampilan Peserta Karnaval Tenun Lunggi di Halaman Kantor Bupati Sambas

Ia mengatakan nasabah tetap di Bank Sampah Palm Asri rata-rata berprofesi sebagai Asisten Rumah Tangga dan saat ini sudah berjumlah 50 nasabah.

“Alhamdulillah sekarang sudah ada 50 orang. Jadwalnya kita ikutin mereka, jadi mereka kerja dulu sampai jam 1 siang, kemudian lanjut ngumpulin sampah. Sedikit membantu pendapatan merekalah. Dulu waktu awal-awal hanya 10 orang nasabahnya, banyak yang keluar. Kita juga ada nasabah lepas yang langsung minta uang cash,” ungkapnya.

Aida menyebutkan sampah nonorganik yang telah terkumpul, sebelum dijual ke pengepul, terlebih dahulu dipilah dan dibersihkan sehingga bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dan selisih harga tersebut bisa digunakan untuk biaya operasinal di bank sampah.

“Sampah yang dominan itu sampah botol plastik, sekitar 75 persen dari total sampah. Sekali jual ke pengepul bisa Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta, tergantung naik turunnya harga. Kalau pemilahan gelas, kita borongkan ke anak-anak sekolah, kayak ke anak SMP dan SMA. Kalau untuk hasil kerajinan tangan dari sampah ini, pendapatan pasti berbulannya sebesar Rp 200 ribu dan jika ada kegiatan bazar bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Kita juga sering menerima pesananan, seperi kayak kerajinan bunga, tas, dompet, lumayanlah,” katanya saat ditemui di bank Sampah.

 Selain itu dikatakannya, setiap Jumat bank sampah rutin mengambil sampah di kantor dan lembaga seperti di Dinas Lingkungan Hidup dan Terpadu Walikota.

“Sekarang kita lagi kekantor-kantor, karena ASN diwajibkan menabung sampah, jadi tiap jumat kita ambil sampahnya, tapi baru dinas lingkungan hidup dengan terpadu walikota. Semoga nanti semakin banyak,” tuturnya.

Lanjutnya Aida mengatakan, tabungan-tabungan tersebut bisa diambil berupa emas pegadaian atau uang tunai tergantung kebutuhan dari nasabah.

“Cukup membantu merekalah tabungan bank sampah ini, seperti mau lebaran kemarin mereka baru mengambil tabungannya, kan tidak terasa ternyata sudah ada tabungan. Tapi ada juga kendalanya selama ini, SDM. Masih ada yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, yang menganggap sampah itu tidak ada nilainya. Tapi alhamdulillah banyak juga yang sudah sadar, mereka manfaatkan sampahnya, tidak membuang sampah sembarangan lagi, sehingga selain sudah bisa menjaga lingkungan mereka juga bisa menambah pendapatan ekonomi, itu tujuannya,” pungkasnya. (Mia Monica)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved