Pengamat Ungkap Sisi Negatif Sistem Zonasi PPDB: Bisakah Anak Sukes Pada Sekolah Bukan Pilihannya?
Sistem zonasi ini akan bagus apabila semua sekolah mutunya sama dan merata. Tapi untuk tingkatan SMP apakah semua sudah merata tapi nampaknya belum.
Sementara saat ini persepsi masyarakat masih ada sekolah yang bagus dan tidaknya. Dengan tidak masuk sekolah tujuan, akan menghilangkan motivasi anak belajar. Lagi pula anak perlu bergaul dan bersosialisasi lebih luas.
Kalau mereka bergaul dari SD hingga SMA dilingkungan yang sama, maka itu kurang bagus untuk perkembangan mereka.
Padahal lingkungan itu sangat penting, bahkan lingkungan melebihi dari bakat. Anak bisa terpacu apabila dia melihat keragaman yang ada, kalau dia sekolah ditempatnya sendiri maka tidak ditemukan keragamannya.
Baca: Ini Jalur Pendaftaran PPDB Online Jenjang SMA/SMK di Kalbar
Baca: Syarat PPDB Tingkat SMA/SMK Tahun 2019 Yang Perlu Dipersiapkan
Kondisi psikologis anak sekarang juga berubah, anak tidak suka sebenarnya sekolah dilingkungannya. Sebelum ada aturan zonasi, saya sudah meneliti tentang mengapa anak tidak suka sekolah dilingkungan dekat tempat tinggal.
Saya temukan alasannya, banyak anak-anak enggan sekolah didekat tempat tinggal karena adanya gaya hidup.
Misalnya seorang anak SMA, kalau tidak naik kendaraan maka akan gengsi atau tidak prestise, apabila sekolah jalan kaki bagi anak kurang prestise, maka saat sekolah mereka membawa motor atau naik mobil.
Saya sudah teliti itu di Kabupaten Sambas dan itu berpengaruh pada gaya hidupnya. Memang masih banyak yang perlu diperhatikan dari sistem zonasi ini.
Perlu saya ingatkan, model apapun seleksi masuk di sekolah setidaknya ada empat hal tidak boleh dilanggar.
Empat prinsip ini kalau dipenuhi maka tidak ada masalah. Pertama adalah prinsif predictalbe jadi seleksi yang dilakukan harus mampu meramal atau memprediksi anak akan sukses atau mampu lulus dengan baik. Apabila seseorang tidak suka dengan sekolah yang dimasukinya maka bisa saja berhenti ditengah jalan dan tidak sukses.
Kemudian prinsif kedua adalah berkeadilan, apakah anak yang pintar tidak boleh bersekolah disekolah yang bagus itu masuk berkeadilan.
Lalu adalagi prinsif efisien, memang kalau sistem zonasi, prinsif ini masuk. Sebab ongkosnya tidak banyak.
Kemudian prinsif terakhir adalah memudahkan pembelajaran. Jadi tujuan penyeleksian ini juga untuk memudahkan proses pengajaran.
Jadi dengan sistem zonasi ini, didalam kelas akan banyak anak pintar dan anak kurang pintar, karena mereka diterima bukan berdasarkan nilai.
Sehingga menimbulkan keberagaman tentang akademik didalam kelas itu dan guru harus siap mengajarnya mereka.
Baca: Terapkan Sistem Zonasi PPDB 2019, Ini Tanggapan Orangtua Murid
Dikhawatirkan selama ini guru mengajar dimana anak sama pintarnya berada didalam satu kelas karena masuknya berdasarkan nilai.