Bakti Sosial IMASIKA Universitas Tanjungpura: Stasi Mamparagokng Tanpa Gereja dan Sekolah

Waktu tempuhnya sekitar 90 menit dengan menggunakan mobil truk atau angkutan desa dari Pahauman, tetapi lebih cepat sampai jika menggunakan kendaraan

IST
Bakti sosial yang dilakukan Ikatan Mahasiswa Katolik St. Thomas Aquinas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Stasi Mamparagokng, Paroki Pahauman 1 hingga 9 Juni. Ist 

Untuk melaksanakan AkSI 2019 ini, mereka membentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Rayco Wiliam dan beberapa bidang yang bertugas membantu terlaksananya kegiatan tersebut.

Selain itu, mereka juga mendapatkan bantuan dana dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) sebesar Rp 300.000,00 yang digunakan untuk survei mencari wilayah.

Mereka berupaya mencari dana tambahan dengan berjualan pakaian, stiker yang didesain sendiri dan makanan serta mengajukan proposal ke instansi dan dinas sosial.

Survei telah dilakukan sebanyak 2 kali di Stasi Mamparagokng. Sebelum melakukan survei, mereka mengoordinasikan hal tersebut bersama Pastor Oktavianus, OFM.Cap, Pastor Paroki Pahauman.

“Kami tidak menentukan wilayah sendiri, melainkan berdasarkan saran dari pastor paroki. Stasi Mamparagokng menjadi pilihan beliau sebab stasi tersebut belum memiliki gereja dan sekolah. Jadi, fokus utama kami adalah membangun gereja serta mengajarkan anak-anak mengenal huruf dan membaca,” jelas Rayco.

Baca: FOTO: Festival Meriam Karbit di Tepian Sungai Kapuas Sambut Datangnya 1 Syawal

Dukungan Pihak Paroki Pahauman

Paroki Pahauman beserta BapaKat (Bapak-Bapak Katolik) dan WK (Wanita Katolik) memberikan perhatian dan dukungan terhadap kegiatan ini.

Bersama pastor paroki, mereka telah menyiapkan tenda besar tempat menginap dan menyimpan barang untuk mahasiswa.

Bahkan, mereka memberikan bantuan berupa semen, batako dan tenaga agar pembangunan gereja di Stasi Mamparagokng terlaksana dengan baik.

“Semoga dengan kegiatan dan bantuan ini, mahasiswa membuka wawasan bahwa ada masyarakat yang masih memerlukan uluran tangan, sebab masih ada masyarakat yang terisolir dan belum mengenyam pendidikan. Hal yang paling penting adalah pendidikan, karena apabila masyarakat sudah cerdas dalam pendidikan, maka apapun yang diprogramkan oleh pemerintah dapat diterima dengan baik. Bukan hanya mahasiswa saja, mungkin ada lembaga lain yang ingin berkarya di stasi Mamparagokng, kami persilahkan,” ungkap Bapak Eponori, ketua bapakat Pahauman.

Baca: Kesaksian Penjaga Makam Ani Yudhoyono Hari Ke-3 Pasca-Dimakamkan

Sambutan Umat Stasi Mamparagokng

Pada hari Sabtu, 01 Juni 2019, menjelang sore hari, rombongan mahasiswa IMASIKA tiba ke Stasi Mamparagokng menggunakan truk yang didorong bulldozer melewati tanjakan terjal.

Bis yang membawa mereka dari Pontianak hanya bisa mengantar sampai di gerbang perusahaan sawit, sebab bis tidak diperbolehkan masuk menuju perkampungan.

Ketika di perjalanan, para mahasiswa merasa takut bahkan ada yang berteriak ketika melewati naik-turun tanjakan. Apalagi ketika truk didorong menggunakan bulldozer.

“Itu benar-benar pengalaman yang menegangkan sekaligus mengesankan,” ungkap mereka.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved