Paskahan Bersama Segenap Guru dan Karyawan Sekolah Katolik di Keuskupan Agung Pontianak

Sekitar 400-an guru dan karyawan sekolah-sekolah Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelas Pendidikan Katolik) Keuskupan Agung Pontianak

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Sekitar 400-an guru dan karyawan sekolah-sekolah Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelas Pendidikan Katolik) Keuskupan Agung Pontianak merayakan Paskah bersama di komplek Persekolahan Gembala Baik Pontianak, Rabu, 1 Mei 2019. Ist 

Paskahan Bersama Segenap Guru dan Karyawan Sekolah Katolik di Keuskupan Agung Pontianak

SINGKAWANG - Sekitar 400-an guru dan karyawan sekolah-sekolah Katolik yang tergabung dalam MPK (Majelas Pendidikan Katolik) Keuskupan Agung Pontianak merayakan Paskah bersama di komplek Persekolahan Gembala Baik Pontianak, Rabu, 1 Mei 2019.

Paskah bersama ini diawali dengan Perayaan Ekaristi pada pukul 08.00 pagi di Gereja Paroki Santa Cesilia Sui Raya Pontianak. Lokasi gereja ini tidak jauh dari komplek Persekolahan Gembala Baik Pontianak.

Misa Kudus dipimpin oleh Pastor William Chang OFMCap, Vikjen KA Pontianak sebagai selebran utama, dengan konselebran para pastor yang menjabat sebagai pengurus yayasan–yayasan Sekolah Katolik di KAP.

Para pengurus yayasan yakni para pastor, bruder, suster berikut guru dan karyawan itu datang dari Pontianak, Kubu Raya, Singkawang, Landak, Nyarumkop, Sambas, Pemangkat, dan Bengkayang.

Guru sebagai pembawa terang

Dalam kotbahnya, Pastor William Chang OFMCap menekankan pentingnya peran seorang guru dalam proses pendidikan.

Dicontohkan bagaimana Kaisar Hirohito membangun kembali Jepang paska negara itu hancur dan terpuruk akibat dijatuhi bom di Hirosima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II. Yang dia lakukan adalah memprioritaskan pendidikan, memberi perhatian khusus kepada guru-guru hingga kemudian Jepang kemudian menjadi negara yang kuat. Bangsa Jepang tahu bahwa mereka belajar agar mampu bangkit dan maju.

Baca: Rohaniwan dan Rohaniwati Mungil di Minggu Panggilan Sedunia

Baca: Polsek Entikong Intensifkan Razia Kendaraan Cegah Penyelundupan

Baca: Kemenag Sanggau Umumkan 6 Klasifikasi Zakat Fitrah 2019

Pastor mengutip salah satu ayat dalam Injil yang dibacakan dalam Perayaan Ekaristi tersebut: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan” (Yoh. 3:19).

Pastor William Chang OFMCap menegaskan kembali bahwa mengikuti teladan Sang Guru Sejati, maka seorang guru dipanggil untuk berperan sebagai ‘terang’. Menjadi terang dalam arti bahwa kehadirannya menyelamatkan bukan menghancurkan.

“Terang berarti membawa keselamatan, sedangkan kegelapan menyebarkan, kekawatiran, ketakutan dan kejahatan- kejahatan,” jelasnya.

Menghadapi zaman yang selalu berubah, lebih–lebih pada era Revolusi Industri 4.0 dengan kemajuan yang mengarah melupakan nilai-nilai kemanusiaan, maka pastor mengajak agar guru-guru Katolik berani mengemban tugas dan tanggungjawab dengan tetap mempertahankan hal-hal berikut ini:

‘Budaya cinta kasih’ terus hidup dalam proses pendidikan;
Menghargai martabat anak sebagai sesama manusia;
Membawa harapan dalam setiap perjumpaan dengan peserta didik.

Menutup kotbahnya, Pastor William melontarkan beberapa pertanyaan sebagai bahan refleksi diri para guru:
Benarkah dunia pendidikan sungguh membawa terang ?

Benarkah budaya cinta kasih dalam diri kita sudah muncul dalam bentuk persaudaraan-iman Kristiani?
Apakah pendidikan katolik telah memerdekakan kita sehingga kita menjadi yakin, mampu serta tabah dan kuat dalam mengemban misi pendidikan Katolik?

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved