Dua Siswi SMAN 1 Pontianak Sulap Kerajinan Kain Tenun Dayak Iban Menjadi Berbagai Kreativitas Unik
Kedua siswi ini adalah teman akrab satu kelas dan sedang duduk di Kelas XI IPS di SMAN 1 Pontianak.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Ishak
Dua Siswi SMAN 1 Pontianak Sulap Kerajinan Kain Tenun Dayak Iban Menjadi Berbagai Kreativitas Unik
PONTIANAK - Ide kreatif datang dari dua siswi SMA Negeri 1 Pontianak yang menyulap tenunan khas Kapuas Hulu dengan motif Dayak Iban menjadi berbagai kerajinan tangan yang mempunyai daya jual tinggi.
Berbagai kerajinan mereka buat sendiri dari mulai desain, penenunan kain, dan penjaitan secara manual, hinggal pemilihan pernak pernik dsri bahan limbah alam semakin mempercantik karya mereka.
Adapun hasil kerajinan yang mereka produksi yaitu Gelang, Jas, Syal, Tas, dan kain tenun meteran.
Dari hasil sisa pameran produk mereka sudah mampu menghasilkan sekitar Rp 3 juta.
Baca: Rangkaian Ganesha Earth Day and Kartini’s Celebration SMAN 1 Pontianak, Ada Sukep Loh!
Baca: SMAN 1 Pontianak Ajak Tanam Bibit Pohon di Kegiatan Ganesha Earth Day and Kartini’s Celebration
Kedua siswi tersebut adalah Rahmaniar Zan Azizah (16) tinggal di Jalan Ujung Pandang, Berasal dari Kota Pontianak.
Lalu, Anggi Sri Nasution (17) siswa Program 3T yang mendapatkan sekolah gratis di Pontianak dan berasal dari Desa Lanjak, Kapuas Hulu, dan saat ini tinggal di Asrama Pondok Sutra Indah, Kota Pontianak.
Kedua siswi ini adalah teman akrab satu kelas dan sedang duduk di Kelas XI IPS di SMAN 1 Pontianak.
Rahmaniar menjelaskan awal mulanya bisa memproduksi kain tenun menjadi kerajinan berawal saat diperkenalkan lomba oleh gurunya yaitu lomba kewirausahaan.
"Berawal dari lomba itulah kami terinspirasi bagaimana kalau mengambil tenun dari daerah Anggi dan mengangkatnya dan di buat menjadi produk buatan sendiri," ujar Rahmaniar kepada Tribun Pontianak saat ditemui di SMA N 1 Pontianak, kamis (9/5/2019)
Awalnya ide mereka lulus ditahap proposal dan akhirnya di undang ke Jogja untuk persentasi barang produk mereka.
"Alhamdulillah saat ditampilkan di lomba Festival Inovasi Kewirausahaan (Fiksi) pada oktober 2018 kami mendapatkan juara favorit," ujar Rahmaniar.
Nama brand produk mereka adalah Tenun Qita (QT). Ide ini murni dari mereka berdua, dan biasanya untuk mengikuti pameran yang ada berdasarkan undangan dari sekolah. Itulah yang mereka manfaatkan untuk memperkenalkan produk tenunnya.
Baca: Tanggapan Siswa SMAN 1 Pontianak Tentang Pelaksanaan UNBK 2019
Baca: Pernah Raih Juara Sekolah Sehat Tingkat Nasional, SMAN 1 Pontianak Berbagi Tips
Pemilihan kain tenun berawal dari banyaknya orang yang jual kain tenun di Kalbar.
Namun jarang ada yang sampai menyebar luas apa lagi kaki ini tenun yang mereka angkat adalah tenun asli orang Dayak Iban dari Kapuas Hulu.
" Biasanya banyak tenun dari Dayak lain. Namun untuk Dayak Iban ini jarang karena ada diperbatasan kapuas Hulu di tempatnya Anggi yaitu di Desa Lanjak dekat perbatasan Indonesia dan Malaysia," ujarnya.
Dan untuk Tenun Dayak Iban itu sangat unik dari proses pembuatannya mulai dari perwanaan kain yang diambil dari akar pohon.
"Nah dari hasil kain tenun itu kita buat Jaz, tas, syal, dan niat kedepannya akan buat sepatu dan sendal namun masih belum tercapai, karena untuk pengerjaan murni kita berdua, dan dikerjakan di sela tugas sekolah," jelasnya.
Produk yang sudah banyak dijual yaitu syal dan kain tenun, kalau tas hanya beberapa yang sudah beli.
Untuk kisaran harga dari setiap produk mulai dari Syal Rp 55 ribu, tas Rp 100 sampai Rp 200 ribu, Tenun sendiri tergantung meteran yang paling mahal itu bisa mencapai Rp 800 ribu,dan paling murah Rp 400 ribu.
"Untuk pengambilan tenun langsung oleh Anggi saat dia pulang kampung karena pembuatannya langsung oleh Anggi sendiri," ujarnya.
Anggi dan Rahmaniar mengaku pihak sekolah juga sangat mensupport mereka dan juga membeli beberapa produk hasil karya mereka dan terkadang diikutkan dalam sebuah pameran.
Anggi melanjutkan bahwa sekarang sudah tidak terlalu pandai menenun karena sudah dua tahun di Pontianak dan jarang memproduksi tenun lagi tapi kalau pulang ke kampung ia selalu diajarin untuk mengasah kemampuan menenunnya oleh ibu dan bibinya.
Anggit mengatakan bahwa Tenun Dayak Iban di daerahnya diproduksi dan kebanyakan di jual ke Malaysia.
Karena kalau dijual ke malaysia nilai jualnya lebih tinggi dari pada ke Indonesia, karena desa Lanjak dekat dengan perbatasan Malaysia dsn aksesnya lebih mudah.
Baca: Antusias, Puluhan Siswa SMAN 1 Pontianak Daftar SGT 2018
Baca: Sesaat Lagi, School Got Talent di SMAN 1 Pontianak Dimulai
Lebih lanjut Anggi mengatakan kalau sekarang belum bisa fokus di usaha ini, tapi jika ada jalannya nanti ia ingin lebih serius lagi.
Ia juga mendapatkan support dsri keluarga dan kalau bisa produk yang dibuatnya bisa sampai ke nasional. Karena memang harga jualnya tinggi dan bisa mendukung perekonomian.
"Untuk proses pembuatan tenunnya paling cepat 1 bulan, dan kalau tidak rutin bisa 5 bulanan," ujar Anggi.
Melalui kreativitas ini ia ingin melestarikan budayanya, mengangkat dan memperkenalkan kain tenun yang menjadi khas budaya lokal ( Dayak) di daerahnya.
"Untuk pembuatan tenunnya dari benang dan pewarnanya menanam sendiri. Jadi tinggal di petik lalu di campurin dan dicelupin ke bahan baru ditenun," ujarnya.
Untuk bahan pembuatan kain tenun sendiri tidak ada masalah dan alat tenunnya juga milik sendiri.
Selain itu yang lebih uniknya kedua siswi ini begitu sangat kreatif memofitikasi hasil desain yang sudah jadi dengan limbah alam seperti cangkang kerang.
"Untuk hiasa tas sendiri kita gunakan limbah alam ,dan digunakan jadi hiasan. Dari pada beli manik-manik yang tidak sesuai dengan konteks. Karena dari awal kita ingin yang benar-benar alami dan bahannya juga dari alam seperti cangkang kerang," ujar kedua siswi tersebut.
Kedua siswi ini juga mengaku untuk peminat produk mereka untuk kain tenun sendiri kadang ada pesanan dari bapak atau ibu yang ingin bajunya dibuat dari kain tenun dan beli bahannya dari mereka, sedangkan remaja lebih ke syal.
"Untuk saat ini belum ada produksi lagi karena bentar lagi UAS jadi Pending produksinya, dan lanjut lagi saat liburan," ujar Anggi .
Harapan kedua siswi ini adalah mereka ingin produksi lebih banyak lagi dan dalam jumlah besar seperti kain tenun yang meteran, desainnya dan produk yang dijual berbagai macam.