Rika: Sikap Khawatir Berlebihan Orangtua untuk Anak Picu Stres Buah Hati
Hal tersebut sama saja menekankan kepada anak tentang "akhir" atau "hasil" tanpa kita melibatkan "proses".
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Jamadin
Dengan pola demikian, anak mengabaikan proses yang harus dilalui, dan hanya terfokus pada "hasil", sehingga bisa saja untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan orang tua anak mencontek, yang penting nilai bagus.
Selain itu bila nilai yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan maka anak menjadi lebih tertekan.
Oleh karena itu, sebaiknya motivasi atau dorongan atau "cara mengingatkan" anak untuk belajar sebaiknya dilakukan pada setiap saat (tidak hanya pada saat ujian saja). Fokuskan pada "proses belajar"nya.
Dan ketika persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai yang baik akan lebih besar.
Selanjutnya bila anak sudah berusaha namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan orangtua, maka orangtua juga harus menyadari dan menerima kapasitas intelektul anak. Setiap anak, seperti orang tua/orang dewasa juga memiliki kapasitas intelektual yang berbeda, ada yang cerdas, rata-rata bahkan di bawahnya.
Untuk itu, orangtua harus mengenali, menyadari dan menerima kondisi tersebut.
Bila memang anak tidak terlalu menonjol dalam prestasi akademis, cobalah dilihat apakah anak memiliki prestasi atau kemampuan di bidang lain yang bisa dikembangkan secara lebih optimal.
Penekanan/pemaksaan kepada anak dapat dipastikan bukan akan mendorong anak untuk berprestasi, sebaliknya dapat menimbulkan trauma kepada anak yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku anak.