Indonesia Lawyers Club
ILC TVOne : Nilai Semakin Seru, Hendri Satrio Bahas Kemungkinan "Underdog" Bisa Kalahkan Petahana
Namun, dari berbagai jurnal ada yang mengatakan bahwa underdog adalah yang menentukan siapa pemenangnya.
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
"Dan yang di rumah ada yang percaya?," timpalnya.
Namun, tidak ada satu orangpun yang merespon dan mengiyakan di studio. Bahkan, Karni Ilyas tampak tertawa kecil ketika Effendi Ghazali menyanyakan hal itu.
"Jadi begini. Apa yang kamu tipu, aku pun tipu kamu. Artinya, tidak sedikit publik merasa lembaga survei memang engkau menipu aku, maka ketika dikau menanyakan kepadaku. Aku pun menipu kamu," imbuh dia.
Effendi Gazali mengatakan pengambilan istilah El Clasico dalam tema ILC malam ini merupakan judul luar biasa.
Jika berkaca dari hasil survei, maka hasil survei bisa jadi indikator penentuan pemenang Pilpres 2019.
Namun, catatannya jika survey berjalan sebagaimana biasanya dan sebagaimana adanya.
"Dengan jumlah survei yang besar menyatakan pasangan 01 yang akan menang. Dan sangat sedikit, seperti terkesan tidak terkenal lembaga yang menyatakan 02 menang. Kalau semua normal-normal saja, ya 01 yang menang," terang Effendi Gazali.
Untuk hasil lembaga-lembaga survei hari ini, Effendi Gazali mencoba melihat dari sudut pandang dengan memparalelkannya dengan false truth Alan Sokal yang dilakukan dengan memasukkan tulisan pada jurnal terkenal Social Text.
Alen Sokal melakuan tes memasukkan sebuah tulisan dengan dua pendekatan. Pertama, kelihatan isinya bagus. Kedua, memuji-muji dengan menggunakan posisi ideologis dari editornya apakah diterima atau tidak.
"Ternyata diterima. Baru kemudian dia (Alan Sokal_red) buat tulisan lain bahwa semua yang saya tulis itu bohong. Semua itu hoaks," jelasnya.
Effendi Ghazali mencontohkan ketidakpercayaan hasil lembaga surevi pernah terjadi di Amerika Serikat. Menurut dia, kita tidak mesti berpegang kepada lembaga survei terkenal, tapi lembaga survei kecilpun bisa akurat kalau mampu menangkap apa yang sedang ada dalam masyarakat.
"Misal DKI Jakarta. Lembaga-lembaga survei pada Pilkada mengatakan hasilnya berada dalam margin of error, ternyata kemudian Anies Baswedan itu menang dengan selisih 15,9 persen," timpal dia.
Contoh lain Pilkada Jawa Tengah, ada lembaga survei memberikan Sultan Said dan Ida hanya 13 persen, namun hasilnya mencapai 41,22 persen.
"Di Jawa Barat, ada yang memberikan Sudrajat Said itu 8 persen, tapi hasil akhirnya 28,74 persen," tutur dia.
Effendi Gazali melihat fenomena Pilpres 2019 kali ini hampir sama dengan di Amerika Serikat.
"Dikatakan agak gampang membenci Trump atau it's hard to like Hillary Clinton," tandasnya.
Berikut cuplikan video Pengamat Politik dan Pakar Komunikasi, Effendi Gazali saat ILC, Selasa (09/04/2019) malam :
Lebih dekat dengan kami, follow akun Instagram (IG) Tribun Pontianak :