Indonesia Lawyers Club

Rocky Gerung Bicara Blak-Blakan di ILC 26 Maret, Soroti Dampak Wacana Hoaks Dibasmi UU Terorisme

Publik mencurigai mengapa pada akhirnya dikeluarkan Undang-Undang (UU) pamungkas yang namanya UU Terorisme.

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
Youtube
Rocky Gerung Bongkar Motif Jokowi Dibalik Rencana Bebaskan Ustadz Abu Bakar Baa'syir di ILC 

Rocky Gerung Bicara Blak-Blakan di ILC 26 Maret, Soroti Dampak Wacana Hoaks Dibasmi UU Terorisme

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Filasafat dan Politik, Rocky Gerung mengatakan tidak adanya kebebasan informasi dapat timbulkan prejudge atau purbasangka.

Purbasangka, kata Rocky, dasarnya adalah past event atau apa yang pernah terjadi sebelumnya.

Saat ini, publik mencurigai kenapa kekuasaan memburuk setiap hari.

Hal ini diungkapkan saat dirinya jadi narasumber program diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One bertema "Tepatkah Hoax Dibasmi UU Anti Terorisme?", Selasa (26/3/2019) malam.

Baca: Mana yang Seru? Rocky Gerung Vs Rhenald Kasali atau Rocky Gerung Vs Arya Sinulingga di ILC 26 Maret

Baca: Kasus DW Termasuk Trafickking, KPPAD Harap Semua Pihak Kerja Sama

Baca: Innalillahi Waina Ilaihirajiun, Wanita Pejuang 45 Landak Mariamah Hamdan Bujang Tutup Usia

"Mengapa pengendalian opini berlangsung terus? Mengapa ada mobilisasi ASN. Mengapa anggaran belanja itu justru dikeluarkan di ujung masa kampanye. Itu artinya anggaran pencitraan. Itu prejudge yang ada basisnya karena rentetannya begitu," ungkap Rocky

Publik mencurigai mengapa pada akhirnya dikeluarkan Undang-Undang (UU) pamungkas yang namanya UU Terorisme.

Rocky menimpali kekacauan kita terjadi karena ketidakjujuran pemerintah. Menurut dia, itu persoalannya.

"Jadi jangan mencurigai rakyat, kalau pemerintah sendiri tidak terbuka dengan informasi publik," terang dia.

Dampak adanya wacana penerapan UU Anti Terorisme untuk menjerat pelaku hoaks, kata Rocky, memantik atensi dari negara-negara dunia. 

Baca: Ada 400 Ribu Amplop di OTT Sidik Pangarso Diduga Untuk Serangan Fajar, Danhil Azhar Kritik KPK

Baca: Milad ke 6, JPK Gelar Seminar Internet Aman Untuk Perempuan

Baca: Camat Teluk Pakedai Ingin Sengketa Batas Wilayah Sungai Nipah dan Sungai Deras Segera Selesai

"Itu wartawan asing telpon saya. Peneliti asing heboh lagi. Karena mereka khawatir indeks demokrasi Indonesia akan turun lagi karena menerapkan UU Terorisme," imbuh Rocky

Wacana ini dianggap Rocky dapat berujung kepada luar negeri yang memberikan rating bahwa indeks demokrasi Indonesia akan turun lagi. 

"Kenapa indeks demokrasi kita turun ? Itu bukan karena Presiden Korut indeks demokrasi Indonesia turun. Bukan karena Presiden Duterte indeks demokrasi Indonesia turun. Bukan karena Presiden ILC indeks demokrasi kita turun. Ya, karena Presiden Jokowi," papar dia.

Rocky Gerung tidak ingin terjadi kondisi dicitrakanlah pemerintah pro rakyat, namun di ujungnya dihasilkan UU Anti Terorisme untuk menutup mulut rakyat. 

Menurut dia, kondisi itu tentu tidak beres. Bahkan, Rocky mengibaratkan seperti mitologi Yunani. 

Baca: Warga Berharap Pemda Segera Laksanakan Pengerjaan Ruas Jalan Pelang-Tumbang Titi

Baca: Alamat Sejumlah Bank BCA dan ATM di Pal Lima

Baca: Jangan Lewatkan! Jadwal Sepakbola April 2019, Ada 10 Bigmatch Seru Live RCTI

"Ada seorang raja yang dicitrakan sebagai raja yang baik namanya Procrustes. Setiap malam, dia undang satu warga tidur di ranjang emasnya. Malam-malam, dia intip kalau si warga negara tubuhnya lebih panjang dari ranjang emasnya, maka digergaji warganya itu. Kalau pendek, ditarik supaya fit and proper dengan ranjang itu," jelas Rocky

Procrustes, kata Rocky, bukan raja yang demokratis. Namun, raja yang lalim karena memakai ukuran sendiri untuk menyeragamkan pikiran rakyatnya sendiri.

"Itu buruknya. Kita ingin demokrasi bukan begitu. Demokrasi itu, biarkanlah semua pikiran bertumbuh," pintanya.

Kemudian, Rocky Gerung memberikan contoh filosofis dari rumah Suku Badui. 

Rumah orang badui bentuknya tidak beraturan. Sebab, panjang penyangga atap atau bambu sengaja dibiarkan tidak sama ukurannya.

"Yang panjang ke situ, yang pendek ke situ. Tapi filosofinya jelas. Dia mau kasi tahu bahwa yang panjang jangan dipotong, yang pendek jangan disambung. Mestinya, demokrasi tumbuh seperti itu," tandasnya. 

Baca: Diskes Provinsi Kalbar Optimis 2019 Ini Seluruh RS di Kalbar Terakreditasi

Baca: Sekjen Kemenkes RI: Akreditasi Rumah Sakit Jangan Dijadikan Beban

Baca: Dewan Minta Pemda Segera Laksanakan Pengerjaan Ruas Jalan Pelang-Tumbang Titi

Rocky Gerung Terlibat Debat Panas dengan Rhenald Kasali

Debat panas ini bermula ketika Rocky Gerung menyatakan keberatannya usai Rhenald Kasali menyatakan paparannya terkait asal usul hoaks.

"Saya mau kasi keterangan dulu karena itu deceptions. Bisa salah arah, apa yang diterangkan oleh saudara Rhenald Kasali," ungkap Rocky Gerung.

"Hoaks itu kalau anda baca sejarah. Karena you sebut tadi di dalam ilmu pengetahuan itu adalah jahat," timpalnya. 

Menurut Rocky Gerung, asal-usul hoaks muncul pertama kali dalam sejarah ilmu pengetahuan ketika seorang Professor Fisika Allan Sokal menulis sebuah artikel untuk majalah Social Text dengan nama samaran.

Baca: Ngopi Sambil Pilih-pilih Luquid Vape di Ngabang, Di Sini Tempatnya

Baca: Sekjen Kemenkes RI Tekankan Rakerkesda Kalbar Jangan Jadi Agenda Ceromonial Belaka

Baca: 3 Lokasi Wisata Mangrove di Kabupaten Mempawah, Indah dan Instagramabel

"Lalu dipuji-puji oleh redakturnya tanpa tahu itu adalah bohong. Fungsi hoaks Allan Socal itu adalah untuk menguji apakah redaktur dari majalah bergengsi itu punya otak atau tidak, ternyata gak punya otak," kata Rocky Gerung.

Menurut dia, hal yang sama ketika kita ajukan ujian kepada kekuasaan. Kemudian, kekuasan bereaksi negatif.

"Artinya, kekuasan juga gak berpikir," imbuh dia.

Rocky Gerung juga tidak sependapat dengan pernyataan Rhenald Kasali yang mengartikan hoaks itu adalah pekerjaan iblis.

"Lalu, yang menjanjikan Rp 50 juta untuk rakyat Lombok itu Presiden atau iblis?," tanyanya. 

Baca: HASIL Lengkap FP1 Moto3 GP Argentina 2019, Pebalap KTM Tercepat (LIVE)

Baca: VIDEO : Febri Jadi Dilan di Grandfinal The Voice Indonesia, Anggun : Seperti Boyband, Tapi Sendirian

Baca: VIDEO : Grandfinal The Voice Indonesia, Suara Berkarakter Ava Seperti Band Rock Foo Fighters

Rocky kembali menegaskan bahwa asal usul hoaks terjadi ketika Allan Sokal menguji kedunguan dari redaktur majalah Social Text.

"Itu poinnya. Itu pentingnya anda belajar, jangan dungu ya," tandasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Rhenald Kasali meminta Rocky Gerung agar tidak hanya membaca satu referensi saja ketika memaknai hoaks.

"Saya kira referensi itu tidak cukup membaca satu. Anda harus banyak membaca buku. Anda harus baca referensi. Dengan referensi tunggal itulah, jadi seperti ini," ujar Rhenald sembari menunjuk-nunjuk Rocky Gerung.

Rhenald menjelaskan asal kata hoaks adalah hocus yang artinya mengelabui. Itu diambil dari kejadian para tukang sulap yang kemudian mengelabui mata orang lain.

"Hari ini bukan orang dungu yang dikelabui. Orang-orang pandai, orang-orang yang ibadahnya baik pun dikelabui," terang dia.

"Saya kira referensi harus ditingkatkan ya. Kalau anda hanya referensi tunggal memang itu jadi bahaya ya," tukas Rhenald. (*)

Lebih dekat dengan kami, follow akun Instagram Tribun Pontianak : 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved