Rizka Suhani Berbagi Kisah Saat Mengikuti Pertukaran Pemuda ke Australia
Merasakan menjadi anak mereka dan belajar budaya serta belajar berbagai hal lainnya,
Penulis: Anggita Putri | Editor: Jamadin
Pendidikan karakter di Australia sangat terasa, anak - anak di sana sangat dibudayakan untuk mengucapkan terima kasih sama temennya. Meminta maaf kalau melakukan kesalahan.
"Banyak hal yang saya pelajari dari sistem pendidkan disana," ujar Rizka.
Untuk berkomunikasi dengan anak ABK Rizka menggunakan bahasa Inggris, biasanya di meja anak berkebutuhan khusus sudah ada beberapa tools atau alat-alat untuk misalnya kalau dia lagi tantrum.
"Kita harus ada treatment khusus dan memberikan apa yang anak sukai," ucapnya.
Pada fase kedua di Bendigo Rizka magang di Goldfiels Library Corporation, dan merupakan perpustaakaan paling besar di Bendigo dan mempunyai cabang-cabang di beberapa daerah lainnya.
Baca: Banjir di Kuala Mandor Berangsur Surut, Sujiwo Minta Diskes dan Pertanian Berikan Atensi Lebih
"Saya fokus belajar di perpustakaan yang besar. Namun supervisor saya juga memberikan saya jadwal untuk keliling ke perpustakaan yang di daerah-daerah kecil," ujar Rizka.
Jadi Rizka banyak travelnya dan belajar tentang Bagaimana manajemen perpustakaan dan buku dan mengetahui berbagai program contohnya mereka ada program untuk anak bayi, balita, anak-anak remaja dewasa juga bahkan kemarin yang lansia belajar cara membuat email.
"Perpustakaannya Nggak cuma untuk baca buku doang tapi banyak sekali program-program lainnya," ujarnya.
Rizka menceritakan dirinya sangat dekat sama orang tua angkat di Melbourne dan sangat bahagia mendapatkan orang tua asuh dan mereka itu sudah cukup berumur sekitar 62 tahun.
Sampai sekarang ia pun masih selalu berhubungan sama ibu dan ayahnya di Australia via chat.
Rizka mengatakan bahwa dirinya sangat ingin kembali lagi ke Australia untuk mengunjungi orang tua dan teman-teman.
"Kemarin pas selesai ngajar di Malbeourn mendapatkan tawaran untuk mengajar Bahasa Indonesia disana,dan di perpustakaan Bendigo juga menginginkan saya kembali," ujar Rizka.
Sebelum berangkat dari Indonesia Rizka juga mendapatkan uang saku dari pemerintah Disporapar Kalimantan Barat dan juga dari Kemenpora, serta di Australia juga diberikan uang saku setiap bulan sebesar 150 dolar.
"Jadi kami harus buat akun bank Australia agar mereka selalu transfer setiap bulan kerekening kami," tutupnya.