Sejarah Deklarasi Persaudaraan antara Vatikan dan Al Azhar, Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela
Paus Fransiskus mengukir sejarah baru di Uni Emirat Arab, tepatnya di Abudabi pada Selasa (5/2/2019).
Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Madrosid
Nostra Aetate adalah dokumen penting Konsili Vatikan II yang ditandatangani oleh Paus Paulus VI yang berisi tentang Hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama bukan Kristen.
Dalam dokumen Nostra Aetate itu, Paus mendorong seluruh kaum Kristiani dan Muslim untuk melupakan pertikaian dan permusuhan dari masa lalu dan bekerja sama untuk membela dan mengembangkan keadilan sosial bagi semua orang; nilai-nilai moral maupun perdamaian dan kebebasan.
Ketika perayaan 50 Tahun Dokumen Nostra Aetate di Universitas Gregoriana, Roma pada Otkober 2015 di mana Hermawi Taslim hadir di dalamnya bersama AM Putut Prabantoro (Ketua Gerakan Ekayastra Unmada–Semangat Satu Bangsa) sebagai utusan Indonesia, Vatikan mengadakan konferensi perdamaian internasional di Universitas Gregoriana, Roma, Italia dengan pesan khusus melalui pemutaran film Nostra Aetate, The Leaven Of Good”.
Pesan yang ingin disampaikan adalah “agama boleh berbeda-beda, namun air mata penderitaan umat manusia tetap sama”. Oleh karena itu, adalah penting bagi para pemuka seluruh agama di dunia untuk bekerja sama membangun perdamaian dunia dan terus berupaya terciptanya kesejahteraan bagi umat manusia.
Hermawi Taslim juga mengingatkan umat Katolik harus memahami betul maksud Paus Fransiskus yang menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Imam Besar Al Azhar itu merupakan peringatan 800 tahun pertemuan antara Santo Fransiskus Asisi dan Sultan al-Malik al Kāmil pada tahun 1219.
Baca: Ini Syarat Urus SIUP Minuman Beralkohol Tradisional di Kayong Utara
Baca: Terbukti Bersalah Bunuh Adik Ipar, Eks Wakapolres Lombok Bebas Karena Alami Gangguan Jiwa
Baca: Seperti Apa Regulasi Minuman Beralkohol Tradisional di Kayong Utara?
“Mengapa Paus yang sekarang menggunakan nama Fransiskus karena Paus sangat meneladani hidup Fransiskus (Asisi) yang merupakan santo perdamaian. Dan, Santo Fransiskus dalam hidupnya mengeluarkan satu doa yang sangat dikenal oleh umat Katolik. Pesan dari doa itulah yang menurut saya harus disosialisaikan dan diimplementasikan oleh umat Katolik Indonesia,” ujarnya.
Oleh karenanya, masih menurut Hermawi Taslim, umat Katolik harus meletakkan pesan Deklarasi Abu Dhabi, Nostra Aetate serta pertemuan Santo Fransiskus Asisi dan Sultan Al-Malik dalam satu gerakan dengan mengingat bahwa agama boleh berbeda, tetapi derita umat manusia tetap sama.
Bagaimana umat Katolik membantu warga sekitar yang menderita merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya perwujudan perdamaian bangsa Indonesia.