Mengharukan, Pelajar Bengkayang Semangat Bersekolah Walau Tinggal di Gubuk Reyot
Saat berkunjung kesana, Tribun Pontianak melihat gubuk berlantai tanah itu tampak tua. Gubuk itu berdinding kayu lapuk dan bilah-bilah....
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Tri Pandito Wibowo
“Beruntung warga di sini baik-baik. Walaupun kami hanya menumpang," tandasnya.
Siswi SMP Kelas VIII lainnya, Dini mengakui dahulu ia bersekolah di SDN 19 Meilabu. Namun, karena jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah itu jauh sekali maka ibunya ambil keputusan mencari sekolah lebh dekat.
“Kalau sebelumnya mendaki gunung, turun gunung. Mamak kamek ndak sekolah kan kamek di sana karena jauh. Pilih di sini yang dekat. Lalu bangun pondok ini untuk tinggal tempat kami. Supaya kami sekolah di SDN 029 sampai kami lulus,” ujarnya.
Usai tamat SDN 029, Dini melanjutkan pendidikan ke SMPN 02 Lumar yang berlokasi lebih dekat dari gubuk yang ditumpanginya. Perjalanan ke sekolah berjarak sekitar 7 kilometer dan memakan waktu sekitar 30-60 menit jika berjalan kaki.
“Jam enam berangkat. Sampai sekolah jam 7 lewat. Satu jam-an. Pergi sekolah sama-sama. Ini yang terdekat buat kami,” terangnya.
Ia menegaskan dirinya ingin menjadi orang sukses. Untuk mewujudkannya, ia besekolah sungguh-sungguh dan setinggi-tingginya.
“Saya habis tamat SMP ini, mau masuk SMA di Bengkayang,” imbuhnya.
Kendati tinggal di gubuk reyot itu, dirinya merasa nyaman dan senang. Ia berterimakasih kepada masyarakat yang menerima keberadaan mereka.
“Biarpun kami diam di kampung orang, kami merasa enak dan senang. Kami ingin pendidikan sangat tinggi. Sangat aman, warga menerima kami di sini,” jelasnya.
Terkait gubuknya, Dini bercerita bahwa para pelajar tidur berdesak-desakan di ruang-ruang yang disekat menjadi kamar. Dalam satu kamar, ada yang diisi sekitar dua atau tiga orang.
“Tidur sempit-sempitan tidak masalah karena yang penting sekolah. Cuma atap ini bocor kalau hujan. Ada tempat deterjen yang sudah habis kami bikin untuk tampung airnya,” tukasnya.