PMII IAIN Pontianak Gelar Dialog Kebangsaan untuk Mewujudkan Toleransi dalam Beragama

Keberagaman Beragama dan Tantangannya, menurut Dr Zulkifli, M A perbedaan adalah sunatullah.

Penulis: Syahroni | Editor: Tri Pandito Wibowo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Pemateri dalam dialog yang diadakan PMII Pontianak 

PMII IAIN Pontianak Gelar Dialog Kebangsaan untuk Mewujudkan Toleransi dalam Beragama

Citizen Reporter Kader PMII IAIN Pontianak, Siti Maulida

TRIBUN PONTIANAK.CO.ID.PONTIANAK - Indonesia merupakan negara yang memiliki sebuah anugrah yang tidak dimiliki negara lain, yaitu keberagaman, setiap daerah memiliki keberagaman yang berbeda salah satunya adalah Kalimantan Barat.

Isu bahwa Kalimantan Barat menjadi posisi terawan konflik ternyata bisa diputar balikkan menjadi wilayah yang aman konflik, dibuktikan dengan adanya Anugrah Harmony Award Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) oleh Kementrian Agama pada awal Januari Silam.

Pemuda Kalimantan Barat dalam hal ini perlahan turut berperan aktiv dalam memberikan pemahaman-pemahaman kepada khalayak bahwa menjaga perbedaan agar tetap rukun adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap elemen masyarakat agar tercipta kerukunan dan kedamaian di suatau daerah.

Seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IAIN Pontianak yang telah menggelar dialog yang bertema Mengaji Kebangsaan untuk Mewujudkan Toleransi dalam Beragama pada 19 januari lalu.

Dalam pergelaran dialognya mereka menghadirkan 3 narasumber yang masing-masing narasumber memiliki latar belakang agama yang berbeda bahkan meraka merupakan tokoh agama di organisasi keagamaan yang ada di Kalimantan Barat.

Seperti Dr Zulkifli Abdillah dari Majlis Ulama Indonesia Kalbar, kemudian Pdt Paulus Ajong dari Persatuan Gereja Indonesia dan Suryanto, BSc.SH dari Matakin. Ketiganya membicarakan kebangsaan dalam prespektif agamanya masing masing.

Baca: Pengenaan Tarif Bagasi di Lion Air Belum Berpengaruh Signifikan Pada Penerbangan di Bandara Supadio

Baca: PHRI Imbau Hotel Singkawang Tak Naikkan Harga Sangat Tinggi Jelang Imlek dan Cap Go Meh 2019

Baca: Diskominfo Sintang Gelar Pelatihan Film dan Datangkan Dosen FFTV Institut Kesenian Jakarta

Keberagaman Beragama dan Tantangannya, menurut Dr Zulkifli, M A perbedaan adalah sunatullah. Tuhan sudah mengatur perbedaan dari semua hal dan ini suda takdir, perbedaan dimaksudkan untuk mewujudkan variasi atau keindahan, seperti halnya agama, ras, dan perbedaan perbedaan lainya yang ada di Kalimantan Barat.

Jika seseorang menolak perbedaan atau keberagaman, berarti ia sedang menolak kehendak atau takdir Tuhan. Tuhan sengaja menakdirkan agama lebih dari satu, jika Tuhan ingin membuat hanya satu agama saja di Dunia ini bisa saja.

Mengapa tuhan menciptakan agama?, seperti yang kita ketahui bahwasanya setiap agama pasti mengajarkan kebaikan Dengan adanya agamalah manusia bisa saling berlomba-lomba dalam kebaikan atau kalau dalam istilah Al-Quran adalah Fastabiqul Khoirot.

Keberagaman agama membuat manusai berlomba lomba menampakkan kebaikan dengan prespektif agamanya masing-masing sehingga terciptalah rasa saling mengasihi antar sesama.

Dalam Al Quran sudah diperintahkan bahwa manusia harus berbuat kebaikan, seperti dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8. Yang menyuruh manusia agar berbuat adil kepada pemeluk agama lain.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang orang yang tiada memerangimu karena agama tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat adil”

Dalam satu agama saja terdapat perbedaan, apalagi jika berbeda agama akan ditemukan perbedaan pula.

Dalam hal ini tantangan kedepannya seperti fenomena saat ini yang menjadikan agama sebagai alat atau modal untuk menjatuhkan aau menegasi orang lain, padahal perbedaan tidak boleh menjadi alat yang dapat memicu konflik.

Rasulullah saja melindungi agama lain seperti di Madinah sehingga terdapat istilah “Misaaul Madinah. Menurut Dr. Zulkifli tantangan kita adalah saat berada di media sosial, harus memerangi hal hal yang dapat me rong-rong kedamaian. Mari meyakini bahwa perbedaan adalah Sunatullah.

Tantangan Beriman dan Berkebangsaan dalam Konteks Kemajemukan di Indonesia.
Menarik sekali apa yang disampaikan oleh Pdt Paulus Ajong saat menjadi pemateri dialog kemarin, Dalam beragam manusai memang harus meyakini kebenarannya masing masing melalui agama yang diyakini Dengan meyakini keimanannya masing masing seharusnya tingkat nasionalisme semakin kuat.

Manusia percaya dalam agamanya bahwa perbedaan adalah kuasa Tuhan, maka semakin menerima perbedaan semakin kuat pula jiwa nasionalisme yang tumbuh.

Kemajemukan dan Indonesia adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kemajemukan dan keberagaman akan selalu ada asalkan Indonesia juga masih ada. Karena saat ini Indonesia menjadi pusat keberagaman yang ada di dunia. Menurut Paulus ajong kemajemukan bisa menjadi hal positif yaitu kekuatan, namun juga bisa menjadi hal negative yaitu ancaman

Kemajemukan akan menjadi hal positif jika masyarakat dapat membangun relasi baik antar seiman maupun yang berbeda iman.

Sikap saling terbuka satu sama lain agar tidak terjadi kecurigaan antar agama maupun ras juga mnjadi hal penting, Dan sikap saling menerima serta menghargai juga menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan kedamaian suatu negara.

Sedangkan kemajemukan akan menjadi ancaman jika masyarakat melakukan hal yang dapat memicu konflik , dan tidak memiliki sikap tegang rasa atau saling menghargai dan menghormati.

Saat ini ketika melihat fenomena beragama di Indonesia , masyarakat cenderung memiliki mindest “ Absolute Truth Claim”. Artinya masing-masing memiliki pemikiran bahwa dirinyalah yang paling benar sendiri, seakan akan sudah setara dengan kebenaran Tuhan.

Seakan akan meyakini bahwa kebenaran adalah tunggal. Hal ini yang dapat menjadikan ancaman bagi kemajemukan di Indonesia.

Dalam agama Kristen terdapat upaya yang dapat mengatasi permasalahan mengenai keberagamain, yaitu dapat dikenal dengan OIKUMENE, yaitu suatu gerakan untuk menjaga keutahan negri, gerakan ini mengajarkan bahwa dunia ini milik kita bersama sehingga ada rasa saling menjaga satu sama lain.

Jika di Indonesia masing masing umat saling memperlihatkan kabikan dalam prespektif agamanya masing asing maka Indonesia akan indah dengan penduduk yang beriman dengan masing-masing keimanannya.

Lain halnya dengan Suryanto B.Sc.SH yang merupakan tokoh Matakin Konghucu, ia menjelakan mengenai masalah masalah yang timbul saat ini karena diakibatkan konflik perbedaan sebenarnya solusinya adalah memperbaiki diri sendiri, bagaimana membangun kualitas diri. Menurut kitab Meng Zi Bab 4 pasal 7 ayat 2 dan 3 menjelaskan bahwa sebarnya manusia itu sama yang membedakan hanyalah Iman, Kualitas, Lingkungan, dan Upaya diri Sendiri.

Upaya untuk menciptakan kedamaian adalah setiap individu haruslah belajar, belajar merupakan kunci perdamaian. Bagaimana manusia menjadikan dirinya bermanfaat, membuat hal kecil menjadi hal yang besar.

Umat Konghucu meyakini kalau berbuat baik dan mengasihi orang lain sudah termasuk membantu negara, dengan melakukan hal itu kedamaian tercipta sehingga pemerintah merasa aman dan lancer dalam menjalankan kerjanya.

Yuk Follow Instagram Tribun Pontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved