Soe Hok Gie Bicara Sosok Prabowo Subianto, Calon Presiden: Karangan Bunga Jadi Tanda Perpisahan
Soe Hok Gie Bicara Sosok Prabowo Subianto, Calon Presiden: Karangan Bunga Jadi Tanda Perpisahan.....
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Prabowo Subianto dan Soe Hok Gie merupakan sahabat.
Soe Hok Gie dan Prabowo Subianto disebut sebagai penggerak organisasi dan pergerakan menentang kediktatoran pemerintahan kala itu, yakni pemerintahan Presiden Soekarno.
Namun nasib berkata lain, persahabatan dan kesamaan gagasan keduanya dipisahkan kematian.
Soe Hok Gie tutup usia setelah menghirup gas beracun di Puncak Gunung Semeru pada 16 Desember 1969, sedangkan Prabowo Subianto melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer.
Baca: LIVE STREAMING Drawing 16 Besar UCL: Prediksi Lawan Roma, Madrid, Barca, Liverpool, Juventus, PSG
Baca: BREAKING NEWS - Kecelakaan Maut di Sekadau Hilir, Kondisi Korban Sangat Mengenaskan
Baca: Sosialisasi Pemilu 2019 di Kayan Hulu, Wujudkan Pemilu Damai dan Bermartabat
Baca: Klasemen Proliga 2019: Surabaya Bhayangkara Samator dan Tim Putri Jakarta BNI 46 Puncaki Klasemen
Walau begitu, kedekatan mereka tidak tergantikan, terekam dalam catatan harian Soe Hok Gie.
Soe Hok Gie punya penilaian sendiri mengenai sosok Prabowo.
“Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naif. Kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah,” tulis Soe Hoek Gie pada 25 Mei 1969 dalam 'Catatan Seorang Demonstran', yang dikutip reactips.hol.es .
Kedekatan mereka terlihat dari sebuah artikel reactips.hol.es berjudul 'Karangan Bunga Prabowo Saat Pemakaman Soe Hok Gie'.
Dalam artikel itu, terlihat sebuah foto Prabowo Subianto ketika masih muda, mengenakan kemeja lapangan dan celana berwarna putih.
Baca: LIVE STREAMING Drawing 16 Besar UCL: Prediksi Lawan Roma, Madrid, Barca, Liverpool, Juventus, PSG
Baca: Klasemen Proliga 2019: Surabaya Bhayangkara Samator dan Tim Putri Jakarta BNI 46 Puncaki Klasemen
Baca: Prediksi Hasil Drawing Babak 16 Besar Liga Champion: Saksikan Live Undian 16 Besar Liga Champions
Baca: BREAKING NEWS - Kecelakaan Maut di Sekadau Hilir, Kondisi Korban Sangat Mengenaskan
Prabowo Subianto melayat makam sahabatnya, Soe Hok Gie.
Dalam potret, Prabowo Subianto muda menempatkan sebuah karangan bunga di atas makam Soe Hok Gie yang kini menjadi Museum Taman Prasasti, persis di sebelah kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Gambir, Jakarta Pusat.
Dikutip dari reactips.hol.es, kehadiran Prabowo Subianto dalam prosesi pemakaman memang beralasan.
Sebab, lewat Catatan Harian Soe Hok Gie, keduanya memang bersahabat.
Soe Hok Gie lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942 dan meninggal di Gunung Semeru pada 16 Desember 1969.
Ia adalah salah seorang aktivis Indonesia, penyair muda .

Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius dan selanjutnya menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.
Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin.
Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari Provinsi Hainan, Cina.
Makam Gie, terletak di bagian tengah agak ke belakang, Museum Taman Prasasti di bawah sebuah pohon.
Pada nisannya, tertulis 'Soe Hok Gie', 17 Desember 1942 - 16 Desember 1969.
Di bawahnya lagi ada sebuah tulisan "Nobody knows the troubles. I see nobody knows my Sorrow."
Nama Gie begitu tenar di kalangan aktivis, bahkan di masyarakat luas.
Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya, idealismenya.
Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.
Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
(Catatan Seorang Demonstran, Selasa, 11 November 1969)
Perjalanan Gie berakhir ketika pada 15 Desember 1969, ia bersama kawan-kawannya Herman Lantang, Abdul Rahman, Idhan Lubis, Aristides Katoppo, Rudy Badil, Freddy Lasut, Anton Wiyana berangkat menuju Puncak Semeru melalui kawasan Tengger.
Gie ingin bisa merayakan ulang tahunnya yang ke-27 di atap tertinggi Pulau Jawa tersebut, ingin menciptakan cerita yang mengesankan untuk masa depan hidupnya.
Tanggal 16 Desember, di tengah angin kencang di ketinggian 3.676 meter (dari atas permukaan laut), Gie, Idhan, Rahman terserang gas beracun.
Gie dan Idhan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan nyawa mereka tidak tertolong.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Mengenang Soe Hok Gie dan Warisannya