Profil Setara Institute Ganjar Singkawang Kota Toleran, Rocky Gerung Ternyata Pendiri
Gusdur, Akademisi Muslim Azyumardi Azra,dan akademisi filsuf,dan intelektual publik yang kini berseliweran tampil di acara TV Rocky Gerung
Penulis: Rihard Nelson | Editor: Rihard Nelson
SETARA Institute percaya bahwa masyarakat demokratis akan memungkinkan kemajuan dan saling pengertian, menjunjung tinggi kehormatan, dan mengakui keberagaman.
Namun, diskriminasi dan intoleransi masih ada dan bahkan mengarah pada kekerasan.
oleh karena itu, beberapa langkah-langkah yang memperkuat penghormatan terhadap keragaman dan hak asasi manusia melalui partisipasi yang lebih luas harus dilakukan untuk memajukan demokrasi dan perdamaian.
SETARA Institute mempromosikan penciptaan kondisi yang akan menyebabkan sistem politik yang terbuka berdasarkan penghormatan terhadap keberagaman, pembelaan hak asasi manusia, dan penghapusan intoleransi dan sikap xenophobia.
Secara spesifik tujuan Setara Institute di antaranya,
Untuk mempromosikan pluralisme, kemanusiaan, demokrasi dan hak asasi manusia
Untuk memulai dialog tentang resolusi konflik
Masih di laman yang sama, setidaknya 25 tokoh pendiri Setara Intitute.
Mereka di antaranya, Hendardi yang kini menjabat sebagai Ketua SETARA Institute.
Lalu Presiden RI ke-4 yang juga Tokoh Pluralisme dan Tokoh NU Abdurahman Wahid disapa Gusdur, Akademisi Muslim Azyumardi Azra, dan akademisi filsuf, dan intelektual publik yang kini berseliweran tampil di acara TV Rocky Gerung.
Baca: Gubernur Sutarmidji Pecat Sekda M Zeet Hamdi, Ternyata Hanya Butuh Waktu 75 Hari, Ini Catatannya
Sepak terjang pengamat Rocky Gerung khususnya di jagat media sosial seperti Twitter sudah cukup dikenal dengan pengikut mencapai 414 ribu.
Dengan akun Twitter @rockygerung, cuitan dosen ini kerap dianggap kontroversi.
Baca: Singkawang Kota Paling Toleran di Indonesia, Ini Apresiasi Mendagri dan SETARA Institute
Dengan latar seorang filsuf terkadang bahasa yang dikeluarkan Rocky Gerung saat berkomentar susah dimengerti beberapa saat.
Seperti cuitan di Twitternya beberapa saat lalu.
Kalian terlalu dungu untuk memahami satire.
Junjunganmu terlalu dungu untuk memahami kalian. Sekolam sepedunguan. (*)