Profil Setara Institute Ganjar Singkawang Kota Toleran, Rocky Gerung Ternyata Pendiri

Gusdur, Akademisi Muslim Azyumardi Azra,dan akademisi filsuf,dan intelektual publik yang kini berseliweran tampil di acara TV Rocky Gerung

Penulis: Rihard Nelson | Editor: Rihard Nelson
http://setara-institute.org
Pendiri Setara Institute 

Profil Setara Institute Ganjar Singkawang Kota Toleran, Rocky Gerung Ternyata Pendiri

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kota Singkawang, Kalimantan Barat telah dinobatkan menjadi kota di Indonesia yang paling toleran versi SETARA Institute pada Jumat (7/12/2018).

Bersaing dengan 94 kota lain di Indonesia, Singkawang dinilai sebagai kota yang berhasil mempraktikkan toleransi paling baik.

Mengutip situs resmi SETARA Institue, http://setara-institute.org, Sabtu (8/12/2018), di antara 10 kota di Indonesia yang paling toleran, Kota Singkawang berada di urutan pertama dalam penghargaan ini.

Skor Koat Singkawang menjadi yang tertinggi yaotu 6,513 dari skala penilaian 1-7. 

Baca: Singkawang Raih Peringkat Kota Paling Toleran di Indonesia

Baca: Wilda Situngkir Runner Up 3, Si Cantik dari Puerto Rico Dinobatkan Jadi Miss Supranational 2018

Baca: Di Hadapan Hotman Paris, Hilda Vitria Ungkap Fakta Baru Kasusnya dengan Kriss Hatta

Ketua SETARA Institute Hendardi mengatakan Kota Singkawang dinilai mempunyai beberapa atribut yang mendukung penobatan kota paling toleran se-Indonesia.

Di antaranya pemerintah kota punya regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi.

Baik dalam bentuk perencanaan maupun pelaksanaan. 

Di Singkawang sendiri tingkat peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan rendah atau tidak ada sama sekali.

Hendardi menambahkan, pihaknya melakukan kajian dan indexing Indeks Kota Toleran (IKT) 2018 terhadap 94 kota di Indonesia. 

Capaian Singkawang patut di apresiasi karena kota seribu kelenteng ini ternyata merupakan kota yang belum lama terbentuk atau dimekarkan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang dan diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia yang akhirnya memisahkan kota amoi ini dari induknya Kabupaten Sambas. 

Sementara itu, pemberi penghargaan Setara Institute ternyata didirikan tak jauh dari tahun 2001, atau tepatnya pada tahun 2005.

Seperti dikutip dari situs resminya, http://setara-institute.org, SETARA Institute adalah organisasi yang didirikan oleh beberapa individu yang didedikasikan untuk ide bahwa setiap orang harus diperlakukan sama sementara menghormati keberagaman, mengutamakan solidaritas dan menjunjung tinggi martabat manusia.

Perusahaan ini didirikan oleh orang-orang yang ingin menghapuskan diskriminasi dan intoleransi atas dasar agama, suku, suku, warna kulit, jenis kelamin, dan status sosial lainnya, serta meningkatkan solidaritas dengan lemah dan korban. 

SETARA Institute percaya bahwa masyarakat demokratis akan memungkinkan kemajuan dan saling pengertian, menjunjung tinggi kehormatan, dan mengakui keberagaman.

Namun, diskriminasi dan intoleransi masih ada dan bahkan mengarah pada kekerasan.

oleh karena itu, beberapa langkah-langkah yang memperkuat penghormatan terhadap keragaman dan hak asasi manusia melalui partisipasi yang lebih luas harus dilakukan untuk memajukan demokrasi dan perdamaian.

SETARA Institute mempromosikan penciptaan kondisi yang akan menyebabkan sistem politik yang terbuka berdasarkan penghormatan terhadap keberagaman, pembelaan hak asasi manusia, dan penghapusan intoleransi dan sikap xenophobia.

Secara spesifik tujuan Setara Institute di antaranya,

Untuk mempromosikan pluralisme, kemanusiaan, demokrasi dan hak asasi manusia

Untuk memulai dialog tentang resolusi konflik

Masih di laman yang sama, setidaknya 25 tokoh pendiri Setara Intitute.

Mereka di antaranya,  Hendardi yang kini menjabat sebagai Ketua SETARA Institute.

Lalu Presiden RI ke-4 yang juga Tokoh Pluralisme dan Tokoh NU Abdurahman Wahid disapa Gusdur,  Akademisi Muslim Azyumardi Azra, dan akademisi filsuf, dan intelektual publik yang kini berseliweran tampil di acara TV Rocky Gerung.  

Baca: Gubernur Sutarmidji Pecat Sekda M Zeet Hamdi, Ternyata Hanya Butuh Waktu 75 Hari, Ini Catatannya

Sepak terjang pengamat Rocky Gerung khususnya di jagat media sosial seperti Twitter sudah cukup dikenal dengan pengikut mencapai 414 ribu. 

Dengan akun Twitter @rockygerung, cuitan dosen ini kerap dianggap kontroversi.  

Baca: Singkawang Kota Paling Toleran di Indonesia, Ini Apresiasi Mendagri dan SETARA Institute

Dengan latar seorang filsuf terkadang bahasa yang dikeluarkan Rocky Gerung  saat berkomentar susah dimengerti beberapa saat. 

Seperti cuitan di Twitternya beberapa saat  lalu.

Kalian terlalu dungu untuk memahami satire.

Junjunganmu terlalu dungu untuk memahami kalian. Sekolam sepedunguan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved