Hanum Rais Sebut Amien Rais dan Buya Syafii Maarif Adik Kakak, Begini Alasannya!

Hanum Rais menyebut ayahnya, Amien Rais dan Buya Syafii Maarif sebagai adik kakak.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
Kolase/TribunWow
Hanum Rais dan Amien Rais 

Hanum Rais Sebut Amien Rais dan Buya Syafii Maarif Adik Kakak, Begini Alasannya!

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, JAKARTA - Hanum Rais menyebut ayahnya, Amien Rais dan Buya Syafii Maarif sebagai adik kakak.

Hal itu diungkapkan Hanum Rais di akun Twitter miliknya, @hanumrais, Senin (19/11/2018).

“Berta’awun untuk negeri,” tulis Hanum Rais.

Ia menuliskan ayahnya, Amien Rais dan Buya Syafii Maarif berbeda usia.

Tidak hanya beda usia, namun juga keduanya kadang berbeda pandangan.

Baca: Edi Kamtono Berupaya Maksimal Lanjutkan Pembangunan Kota Pontianak

Baca: Kayong Utara Tundukkan Pontianak di Porprov 2018, Bupati Citra Bangga

“Biar beda usia hampir 10 tahun, biar terkadang beda pandangan, adik kakak tetaplah adik kakak dalam keluarga besar bernama Muhammadiyah,” tulis Hanum Rais.

Hanum Rais kemudian mengucapkan Selamat Milad untuk Muhammadiyah.

“Selamat milad ke 106 Muhammadiyah. Geser foto2 yah:). Indahnya silaturahmi,” tulis Hanum Rais lagi.

Mengutip Wikipedia.com. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik.

Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha.

Baca: Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Kabar Duka Datang dari Ustadz Abdul Somad

Baca: Subhanallah! Guru Ustadz Abdul Somad Meninggal Dengan Wajah Tersenyum, Ratusan Orang Ikut Menyolati

Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan.

Sekolah ini dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah.

Selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah.

Sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khususlaki-laki.

Alamatnya di Jalan S Parman no 68 Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Madrasah Mu'allimat Muhammadiyah Yogyakarta khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya skarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu.

Baca: Genjot Pembangunan Pelabuhan Kijing, Ini Kata Bupati Mempawah Gusti Ramlana

Baca: Mantan Kekasih Raffi Ahmad ini Dilarikan ke Rumah Sakit, Perutnya Membengkak!

Ia adalah seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta.

Kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah (Darban, 2000: 34).

Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang.

Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922.

Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.

Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

Baca: Antrean Berangkat Haji di Kabupaten Sintang Capai 18 Tahun

Baca: LIVE STREAMING Aceh United Vs PSMP Mojokerto: Aksi Menentukan di Liga 2 Babak 8 Besar

Sementara baik itu Buya Syafi’i Ma’arif maupun Amien Rais sama-sama pernah menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah.

Berikut ini adalah daftar Ketua Umum Muhammadiyah:

* KH Ahmad Dahlan 1912 1923

* KH Ibrahim 1923 1932

* KH Hisyam 1934 1936

* KH Mas Mansur 1937 1942

* Ki Bagoes Hadikoesoemo 1944 1953

* Buya AR Sutan Mansur 1953 1959

* KH M Yunus Anis 1959 1962

* KH Ahmad Badawi 1962 1968

* KH Faqih Usman 1968 1968

Baca: Diminta Tak Terbitkan Izin Cap Go Meh 2019, Begini Sikap Wali Kota Pontianak Edi Kamtono

Baca: Pemuda Pancasila Tegas Minta Pemkot dan Polresta Pontianak Tak Beri Izin Cap Go Meh Karena Pemilu

* KH AR Fachruddin 1968 1971

* KH Ahmad Azhar Basyir 1990 1995

* Prof Dr H Amien Rais 1995 1998

* Ahmad Syafii Maarif 1998 2000

* Prof Dr KH Din Syamsuddin, MA 2005 2010

* Haedar Nashir 2015 2020 (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved