Kurs Rupiah Mulai Menguat! Jusuf Kalla Imbau Jangan Simpan Dolar, Ini Alasannya
Jusuf Kalla menilai kebijakan pemerintah soal penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Langkah cepat dilakukan pemerintah mengatasi depresi mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah mulai terlihat.
Kondisi Rupiah pun mulai menguat.
Karena itu Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengimbau warga jangan simpan dolar, alasannya nanti rugi.
'Kami (pemerintah) cenderung bisa mengendalikannya. Jadi siapa yang simpan-simpan dolar mungkin rugi," kata Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, seperti yang dilansir dari Kompas TV, Kamis (6/9/2018) sore.
Baca: Miris! Ngajar 20 Jam Lebih per Minggu, Guru Nonorer Digaji Rp 550 Ribu Sebulan
Baca: RAMALAN ZODIAK - Asmara Kamu Ibarat Masakan Tanpa Cabe dan Garam, Ini Artinya
Jusuf Kalla menilai kebijakan pemerintah soal penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat.
"Sudah terbukti hari ini lebih rendah dibanding kemarin kan?," ujar Kalla.
Menurut Jusuf Kalla, penguatan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh upaya yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot mata uang Indonesia itu.
Jusuf Kalla juga menilai, pemerintah relatif mampu menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terus terperosok karena ditekan oleh penguatan nilai tukar dollar AS.
"Baguslah ada pengaruh daripada kebijakan pemerintah. Artinya jam-jam ini turun," jelas Kalla.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS sejak setahun belakangan.
Bahkan, rupiah sempat melampaui nilai Rp 15.000 beberapa waktu lalu.
Pemerintah bersama dengan berbagai otoritas terkait, terutama Bank Indonesia (BI) terus memutar otak dan mengeluarkan berbagai jurus untuk menjaga stabilitas fundamental ekonomi dan juga rupiah.
Salah di antaranya adalah dengan melakukan intervensi ganda di pasar valuta asing.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menuturkan, hingga Selasa (5/9/2018), BI telah mengeluarkan Rp 11,9 triliun baik di pasar valuta asing maupun membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
"Sejak Kamis, Jumat, Senin, Rabu kita intervensi jumlahmya meningkat. Juga di pasar sekunder koordinasi dengan Kemenkeu (Kementerian Keuangan), pembelian SBN tidak hanya stabilkan pasar SBN tapi juga mendukung stabilitas nilai tukar, agar suhu badan kita turun. Hari Kamis kita beli Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun, Senin Rp 3 triliun, dan kemarin Rp 1,8 triliun," jelasnya pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (5/9/2018).