Ziarah di Madinah, Dari Jabal Uhud Hingga Makam Rasulullah Muhammad SAW

Untuk ke Masjid Nabawi, jamaah bisa berjalan kaki melintasi deretan hotel, pasar, dan pusat perbelanjaan modern.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI
MASJID NABAWI - Payung raksasa menghiasi Halaman Masjid Nabawi di Madinah. Payung ini mekar pukul 5 Subuh 

Rasulullah juga menempatkan beberapa orang pemanah di atas Gunung Arrimah (bukit sebelah utara Uhud), di bawah pimpinan Mash’ab bin Umair.

Dalam perang yang dahsyat tersebut pasukan muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang dan kaum musyrikin lari pontang-panting.

Namun, pemanah umat Islam yang berada di atas gunung tergoda, setelah melihat barang-barang rampasan perang.

Mereka pun turun meninggalkan posnya.

Hal ini dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid, Panglima Perang Kaum Musyrikin menggerakkan tentaranya kembali menyerang dari arah belakang kaum Muslimin.

Sebanyak 70 sahabat gugur setelah perang dengan gagah berani dan menjadi tameng hidup Rasulullah.

Setelah perang usai kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah.

Mendengar cerita perjuangan para sahabat membela Islam, jamaah UMH Pontianak banyak yang ingin menangis.

Makam 70 syuhada itu, dibentengi pagar besi yang cukup tinggi.

Tidak ada batu nisan di makam tersebut, kecuali permukaannya yang rata dengan pasir.

Ustaz Fauzan menjelaskan mengapa terjadi peperangan di masa Rasulullah.

Menurut yang ia ketahui, Rasulullah pernah meminta tiga doa kepada Allah SWT.

"Pertama minta agar umatnya tidak dimatikan dalam keadaan tenggelam. Kedua, Meminta agar umatnya tak dimatikan dalam keadaan kelaparan dan kekeringan," ujarnya.

Kedua doa tersebut dikabulkan. Namun untuk doa yang ketiga tak dikabulkan.

"Ketiga meminta umatnya tidak mati dalam fitnah dan peperangan. Doa ini tak dikabulkan," imbuhnya.

Dipimpin Ustaz Fauzan jamaah UMH Pontianak kemudian membaca doa untuk para pejuang pembela Agama Allah tersebut.

Sesaat sebelum ke Jabal Uhud, jamaah diajak melihat langsung kebun kurma.

Ustaz Fauzan menjelaskan mata pencaharian masyarakat Madinah selain bangun hotel dan apartemen, juga berkebun kurma.

KURMA - Dua jamaah UMH Pontianak sedang memilih kurma di stand yang disediakan pemilik kebun kurma di Quba, Madinah.
KURMA - Dua jamaah UMH Pontianak sedang memilih kurma di stand yang disediakan pemilik kebun kurma di Quba, Madinah. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Kurma yang dikenal memiliki banyak faedah ini memiliki bermacam jenis.

Antara lain Kurma Sukari (lonjong kecil) Kurma Ajwah (kurma khas Madinah yang biasa dikonsumsi Rasulullah), dan Kurma Maryam.

"Ada kurma biasa dan kurma super. Jika berkenan, biarpun sedikit, belilah kurma di sini karena semuanya kurma super," tambah Ustaz Fauzan.

Rupanya rombongan UMH Pontianak adalah yang pertama kali tiba di perkebunan kurma.

Sepanjang mata memandang, terhampar pohon-pohon kurma yang hijau daunnya.

Mata terasa amat sejuk melihatnya.

Sebab sejak tiba di Mekkah dan Madinah, selama 11 hari yang terlihat hanya hamparan pasir dan bukit serta gunung berbatu.

Begitu turun, jamaah sudah dimanjakan aneka jenis kurma yang disediakan di dalam toko.

Di sini, sebelum membeli jamaah boleh mencicipi kurma apa saja.

Harganya mulai dari 20 riyal hingga 60 riyal perkilogram.

Beberapa jamaah pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membeli kurma sebagai oleh-oleh.

Seperti yang dilakukan oleh Uray Budianto.

"Beli Kurma Azwa untuk oleh-oleh mertua sama ibu. Kurma orang nyebutnya," kata Budi.

Sementara jamaah lain membeli kurma di dalam, di luar sebagian jamaah asyik melihat dari dekat pohon kurma.

Ketua Rombongan UMH Pontianak, Evie Thanderi dan suaminya, Roni Yani, berteduh di bawah pohon kurma yang berbuah sangat lebat.

Roni sesekali memungut kurma yang jatuh di tanah.

Tanah di bawah pohon kurma ternyata cukup lembab.

"Di Madinah mudah mendapatkan air. Kalau dibor 20 meter saja, sudah keluar airnya. Pohon-pohon kurma memang harus selalu diairi," ujar Ustaz Fauzan yang juga memilih duduk di bawah pohon kurma.

Air itu dialiri dan dipompa melalui pipa-pipa karet.

Beberapa saat sebelum rombongan UMH Pontianak meninggalkan kebun kurma, rombongan asal Jakarta tiba dengan satu bus lainnya.

Dan puncak dari tour dan ziarah di Madinah adalah Masjid Nabawi.

Sebenarnya malam sebelum ke Masjid Quba dan Jabal Uhud, jamaah sudah sendiri-sendiri maupun berkelompok beribadah di Masjid Nabawi.

Yang mereka kejar tak lain adalah pahala dan keutamaan salat di Masjid Nabawi.

Apalagi, di masjid yang dibangun Rasulullah ini, ada tempat-tempat di mana doa diijabah.

Di sini, ada Makam Rasulullah, Muhammad SAW yang berada di dalam masjid, serta 10 ribu sahabat, keluarga, istri nabi di sisi kiri masjid.

10 ribu makam tersebut dinamai Baqi.

Mengutip wikipedia, Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW setelah Masjid Quba.

Lokasi masjid semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr.

Nabi Muhammad kemudian membelinya untuk diibangunkan masjid dan tempat kediamannya.

Saat dibangun pada 622 H, masjid ini berukuran sekitar 50 meter x 50 meter dengan tinggi atap sekitar 3,5 m.

Hingga saat ini, Masjid Nabawi sudah 9 kali mengalami renovasi.

Bergaya Islam klasik dan kontemporer, kink Nabawi mampu menampung 1 juta jamaah pada musim haji dan umrah.

Ada yang menjadi tempat favorit jamaah untuk menunaikan salat dan berdoa di Nabawi.

Tempat mustajab itu bernama Raudlah.

MIMBAR - Mimbar yang biasa dipakai Nabi Muhammad SAW di Raudlah, Masjid Nabawi yang masih terawat.
MIMBAR - Mimbar yang biasa dipakai Nabi Muhammad SAW di Raudlah, Masjid Nabawi yang masih terawat. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Raudlah adalah areal masjid pertama yang dibangun Rasulallah.

Tempatnya di sisi makam Rusulallah, Abubakar Shiddiq, dan Umar bin Khatab.

Masih terpelihara dengan baik, mimbar dan tempat imam, yang digunakan Rasulallah.

Batasan Raudlah di dalam masjid sangat mudah dikenali karena dibatasi oleh dua warna karpet yang berbeda.

Jika warna karpet Masjid Nabawi adalah merah, maka karpet di Raudlah berwarna hijau lumut.

Karena luasnya yang tak seberapa, sementara jamaah yang ingin masuk ke Raudlah jumlahnya ribuan, maka mau tidak mau harus antre.

"Hari pertama dan kedua tak dapat. Namun Subuh terakhir, alhamdulillah dapat," ujarnya.

Ia juga berayukur bisa menyambangi Makam Rasulallah, Abubakar Siddiq, dan Umar Bin Khatab.

Bahkan jamaah harus datang lebih dini ke Nabawi, misalnya pukul 02.00 dinihari.

Di Raudlah masih terawat dengan baik mimbar tempat Nabi Muhammad menyampaikan khutbah.

Tempat Rosul menjadi imam salat juga masih sangat baik.

Pengaturan yang sistematis oleh petugas yang berjaga membuat arus keluar masuk Raudlah lancar terkendali.

Sekat-sekat pun dibuat untuk memberi ruang kepada jamaah.

Prioritas diberikan kepada jamaah yang sakit dan disabilitas.

Selain petugas, di Raudlah seperti juga di seluruh sudut Nabawi terpasang CCTV dan kamera yang bisa berputar 360 derajat guna memantau jamah.

Pengaturan serupa dengan cara buka tutup menggunakan sekat, sebenarnya juga dilakukan di Masjidil Haram.

Terutama saat-saat puncak ibadah seperti pada Ramadan.

Hal yang paling menjadi pusat perhatian adalah jangan sampai jamaah yang masuk dan keluar masjid atau sebaliknya bertabrakan.

Atau jangan sampai ada jamaah yang mengganggu jalur lalulintas orang di dalam dan di luar masjid. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved